Senin, 02 Oktober 2017

Meningkatkan Daya Saing Sekolah "SD Negeri Harus Gila”


Meningkatkan Daya Saing Sekolah
“SD Negeri Harus Gila”

            Tantangan besar yang dihadapi bangsa kita pada saat ini adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Dengan  perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70 (Permendikbud No. 57 Tahun 2014).
Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan baik formal mau pun non formal. Pada dasarnya pendidikan yang dilaksanakan pada lembaga satuan pendidikan seperti sekolah baik formal mau pun non formal adalah memberikan layanan kepada siswa/siswi agar mampu tumbuh kembang secara optimal baik secara fisik, mental, kognitif dan kreatifitas. Tumbuh kembang yang optimal bisa di stimulasi dengan kegiatan-kegiatan yang baik inovatif, mendidik sekaligus menyenangkan. Jadi pendidikan harus mampu mengembangkan potensi setiap individu dalam menjalani kehidupannya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan Negara. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang,  inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 
Dalam permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang pembelajaran menjelaskan bahwa sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah remaja, festival seni, bazar, dan olahraga.
Sebagai lembaga formal sekolah wajib menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas guna membentuk pribadi yang mandiri dan berahlak mulia serta mencintai bangsa dan negaranya. Oleh sebab itu guru dituntut dalam keprofesionalismeannya dalam membina kreativitas anak agar dapat dipersiapkan menjadi pribadi yang kompetitif di masa depan.
Indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan adalah mampu membentuk dan meluluskan siswa/siswi yang memiliki daya saing tinggi dan berahklak mulia. Ketika suatu sekolah memiliki kualitas dan mutu yang baik maka masyarakat tidak  akan  ragu untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Pada saat ini di kota kami Kota Metro Provinsi Lampung, khususnya untuk tingkat sekolah dasar persaingan untuk menarik minat siswa masuk ke sekolah sangat tinggi, walau pun jumlah sekolah negeri lebih banyak dibandingkan sekolah swasta tetapi jika dilihat rata-rata jumlah siswa yang bersekolah di sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri. Pada tabel berikut ditampilkan jumlah sekolah siswa di sekolah negeri dan swasata di Kota Metro pada tahun 2017.
       Tabel 1.1 Keadaan Sekolah dan Siswa SD di Kota Metro Tahun 2017
Sekolah
Jumlah Sekolah
Jumlah Siswa
Rata-rata siswa
Negeri
47
12212
259,82
Swasta
10
2835
283,30
Jumlah Total
57
15047

                           
       Sumber: Situs data pokok pendidik /( http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id) tahun 2017

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah rata-rata siswa yang bersekolah di swasta lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri bahkan terdapat 5 sekolah negeri yang jumlah siswa yang kurang dari 100 dan ada sekolah swasta yang jumlah siswa lebih dari 1000. Dari data tersebut dapat diprediksi ke depan bahwa kompetisi untuk menarik minat siswa tinggi terutama dengan berkembangnya sekolah swasta yang memiliki kualitas yang sangat baik. Sekolah negeri terutama SD dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan mengandalkan dana BOS dan BAU yang hanya cukup untuk membiayai oprasional sekolah. Jumlah dana BOS untuk SD tahun 2017 sebesar Rp. 800.000/siswa dalam satu tahun (Juknis BOS 2017/Permendikbud No. 26 Tahun 2017). Dengan jumlah dana yang terbatas sekolah harus pintar-pintar mengelola dana agar mampu memenuhi SPM (standar pelayanan minimal) serta meningkatkan mutu sekolah. Sekolah SD terutama untuk negeri dilarang memungut biaya apa pun bentuk nya kepada orangtua siswa hal ini sesuai dengan permendikbud No. 44 Tahun 2012 pasal 9, berbeda halnya dengan sekolah yang diselenggarakan masyarakat/swasta selain memperoleh dana BOS sekolah swasta juga diperbolehkan memungut dana dari orang tua siswa. Dengan sokongan dana yang luar biasa dari pemerintah dan orang tua siswa wajar saja jika SD swasta mampu mengembangkan kualitas sekolahnya dengan baik dan menjadi pesaing yang hebat bagi SD Negeri. Fakta menunjukan bahwa ketika ada festival atau lomba baik di bidang akademik mau pun non akademik yang mampu bersaing dan menjadi juara adalah sekolah-sekolah swasta. Penulis tidak menyalahkan sekolah swasta, namun hanya merefleksi diri jika sekolah negeri tidak memiliki kualitas dan sumber daya yang baik, daya saingnya pasti lemah maka kelak akan ditinggalkan oleh konsumen/orang tua siswa.
Dari pemaparan data di atas SD Negeri 4 Metro Timur sebagai SD Negeri terpacu untuk bekerja keras meningkatkan kualitas dan daya saing sekolah. Jika sekolah ingin maju, sekolah ini harus menjadi sekolah GILA, gila berarti bekerja baik (Good), menciptakan pembaharuan (Inovation) pada aktivitas pembelajaran (Learning Activities). Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) mengetahui kelemahan dan keunggulan guna merencanakan kinerja baik jangka pendek, menengah mau pun jangka panjang.
Prestasi adalah sarana promosi yang paling efektif bagi sekolah, bagaimana semua warga sekolah bersinergi untuk bahu membahu berbuat GILA demi meningkatkan daya saing sekolah. SD Negeri 4 Metro Timur telah melakukan beberapa hal guna meningkatkan daya saing sekolah terutama dalam meningkatkan prestasi sekolah baik guru, siswa mau pun kepala sekolah.
Kegiatan jumat hebat dan sabtu seru, merupakan kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di SD Negeri 4 Metro Timur sejak tahun 2013. Sekolah menggali potensi minat dan bakan siswa sejak dini. Pengalaman berharga disadari oleh sekolah bahwa sebelumnya hanya jika akan mengikuti kegiatan lomba-lomba kami baru mengadakan latihan untuk anak, dari menseleksi anak, melatih hingga bisa. Hal ini tidak efektif karena anak dipaksa untuk bisa dalam waktu yang singkat, ketika mengikuti lomba pun jarang ada yang menolehkan prestasi. Belajar dari pengalaman tersebut sekolah mulai melakukan pembinaan yang terjadwal sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki anak. Ada beberapa cabang pembinaan yang disesuaikan dengan agenda dinas terkait seperti pembinaan bidang akademik (untuk menghadapi OSN), bidang olahraga (untuk menghadapi O2SN) dan bidang seni (untuk menghadapi FLS2N) selain itu juga ada pembinaan pengembangan diri wajib seperti Pramuka dan UKS (Dokter Kecil).
Pada awalnya sekolah memanggil pelatih dari luar untuk membina minat dan bakat anak, pada saat melakukan pembinaan guru-guru di SD Negeri 4 Metro Timur pun ikut belajar. Dan pada akhirnya saat ini semua pembinaan dilakukan oleh guru-guru tidak lagi memanggil pelatih dari luar. Guru-guru yang diberdayakan untuk melatih adalah guru-guru muda yang dianggap masih energik dan mereka masih honor sehingga bisa memberikan tambahan penghasilan bagi guru tersebut.

Saat ini ketika ada undangan untuk mengikuti lomba sekolah sudah siap mengirimkan duta nya. Dengan kesiapan yang matang sekolah mulai mampu bersaing dan sering mendapatkan piala. Dengan seringnya Sekolah mendapatkan Juara pada perlombaan makin banyak orang tua siswa yang berminat untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri 4 Metro Timur. Pada tahun pelajaran 2017/2018 saja terdapat lebih dari 150 calon siswa/i yang mendaftar dan hanya 84 yang diterima (sekolah mengutamakan siswa yang merdomisili dekat dengan sekolah) sesuai dengan peraturan yang ada. Secara umum peningkatan jumlah siswa pun terasa 3 tahun berselang pada tahun 2014 jumlah siswa hanya 428 dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 564. Kami semua warga sekolah bersyukur disaat SD Negeri lain kekurangan siswa, kami sebaliknya. Prestasi siswa berdampak baik bagi sekolah secara khusus guru dan kepala sekolah kami pun berprestasi, guru kami menjadi finalis guru berprestasi tingkat Nasional Tahun 2015 dan Kepala Sekolah kami menjadi Finalis Kepala Sekolah Berprestasi Tk. Nasional Tahun 2017. 

Senin, 21 Desember 2015

Perkembangan Anak Usia Dini dari Lahir Hingga Usia 12 Bulan


Sensori Motorik Stages
          Menurut Piaget dalam Papalia, Diane & Olds
a.    Substage 1 (Lahir - 1 Bulan )
Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam menggunakannya. Mereka tidak mengoordinasikan informasi dari panca inderanya. Mereka tidak menggengam objek yang mereka sedang lihat. Contohnya : bayi mulai menghisap ketika payudara ibunya dimulutnya.
  1. Substage 2 (Usia 1-4 bulan )
Bayi mengulang-ulang tingkah laku menyenangkan yang pertama kali terjadi kebetulan seperti : mengisap. Berbagai aktivitas berfokus pada tubuh bayi terhadap lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu mereka menghisap berbagai objek . mereka mulai mengoordinasi informasi sensori dan menggengam objek. Orang tua sering memperhatikan semua yang diraih oleh bayi-bayi mereka dibawa masuk ke dalam mulut untuk dihisap.
Bayi akan berusaha untuk meraih apapun untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Gambaran terpenting pada substage ini yaitu primary circular reaction diman secara kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik atau motorik yang menarik yang dikaitkan dengan tubuhnya yang selanjutnya diulangi lagi.
  1. Substage 3 (Usia 4-8 Bulan)
Selama substage ini koordinasi skema-skema terus berlanjut dan reaksi sirkuler terlihat pada substage 2 dalam dimensi baru. Aktivitas-aktivitas berulang yang diorientasikan terhadap tubuh mereka sendiri yang memberikan hasil yang menarik. Bayi melatih skema-skema sensorimotor mereka, lebih tertarik pada kegiatan mereka sendiri daripada terhadap benda-benda untuk kegiatan tersebut. Mereka lebih tertarik pada pengalaman meraih daripda benda yang diraihnya.
Pada substage 3 ini, bayi tertarik pada efek kegiatan mereka terhadap dunia luar, dalam usaha memperpanjang pengalaman. Bayi menunjukkan secondary circular reaction, perilaku yang diulang-ulang dengan efek yang menyenangkan terhadap lingkungannya.  Berbagai tindakan disengaja tapi belum bertujuan.
  1. Substage 4 (Usia 8-12 Bulan)
Substage ini merupakan aktivitas yang benar-benar terencana dan bertujuan sejalan dengan bayi mengoordinasikan skema yang telah dipelajari dan menggunakan tingkah laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan tujuan mereka, seperti merangkak ke ujung ruangan untuk mendapatkan mainan yang diinginkan. Mereka dapat mengantisipasi berbagai kejadian.

Stimulus-stimulus yang dapat diberikan untuk mengembangkan aspek kognitif bayi usia 0-12 bulan:
·         Pada bulan–bulan awal, berikan stimulasi sensoris yang lembut
Pada bayi, pemahaman akan sesuatu berawal dari kemampuan sensorisnya. Ini berarti, khususnya di usia–usia awal (0-6 bulan), bayi menerima informasinya tentang lingkungan di sekitarnya melalui panca indera. Setiap penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan serta perabaan yang dilakukannya, akan menimbulkan berbagai sensasi yang pada akhirnya menciptakan suatu pemahaman pada kognisi bayi.
·         Hindari overstimulasi dan suara–suara yang mengganggu.
Bayi membutuhkan ketenangan saat membentuk pemahaman tentang sesuatu. Usahakan juga agar tidak membrikan stimulasi yang mengakibatkan trauma pada bayi. Cara itu justru akan membuat otak bayi bekerja terlalu cepat sehingga tak mampu mencerna pengalaman yang didapatnya dengan baik. Lakukan stimulasi secara perlahan dan dengan frekuensi berulang–ulang.
·         Ciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran.
Selain lingkungan yang tenang dan aman, lingkungan yang penuh beragam benda stimulasi akan mendorong proses pembelajaran pada bayi tidak mesti menggunakan barang-barang mahal dan bermerk.  Selama memiliki fungsi stimulasi, segala benda dapat dimanfaatkan, seperti, botol bekas air mineral yang diisi dengan beras. Mainan sederhana buatan sendiri ini berguna untuk menstimulasi pendengaran bayi. Untuk memberikan bunyi yang berbeda, tinggal mengganti isian dalam botol tersebut, beras dengan pipilan jagung kering, misalnya.
·         Merespons sinyal yang diberikan bayi.
Respons–respons positif  yang diberikan oleh orang tua akan membuat bayi merasa diperhatikan dan makin menguatkan pemaknaan saat ia mengonstruksikan pemahaman tentang sesuatu di otaknya. Jadi, ketika bayi mengeluarkan suara, “aaaa…..” segeralah lakukan kontak mata padanya, sambil menirukan suaranya, ”Aaaa…..” dengan tersenyum tentunya.
·         Beri kesempatan padanya untuk melakukan perubahan
Ketika bayi bermain, sodorkan mainan yang memungkinkan ia melakukan perubahan. Mainan yang sesuai dengan usianya (mudah digenggam) dan aman amatlah disarankan.
Misal, kerincingan warna-warni dan bola kecil yang terbuat dari kain. Kedua mainan itu memungkinkan untuk diangkat dan diraih bayi karena ringan. Pengalaman saat bayi mampu mendorong, meraih, menggerak–gerakkan bola/kerincingan itu, akan membangun kepercayaan pada dirinya bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Ini adalah modal untuk lebih mengembangkan keterampilannya kelak.
·         Beri kebebasan untuk bereksplorasi.
Bayi belajar dari lingkungan di sekitarnya dengan melakukan berbagai eksplorasi. Ciptakan berbagai lingkungan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitifnya. menuntut usaha yang keras dan harga mahal, kok. Aneka warna cerah pada bedding di boksnya, misal, sudah merupakan stimulasi yang baik untuk penglihatan bayi. Bisa juga dengan memanfaatkan mainan gantung berputar yang banyak dijual di pasaran.
·         Jangan alihkan perhatiannya.
Ketika beraktifitas dengan bayi, termasuk sedang bermain, terimalah apapun yang menarik bagi bayi pada saat itu. Jangan alihkan perhatian bayi kepada yang lain, apalagi menghentikan keasyikannya dengan tiba–tiba.
Bila ingin mengenalkan pada mainan lain, tunda sampai ia benar–benar sudah menyelesaikan pemahamannya (biasanya bila ia sudah selesai, mainan itu akan dilemparnya). Ini dimaksudkan agar otak sang buah hati mempunyai jeda untuk mencerna dan memahami sesuatu.
·         Beri Penghargaan
Bentuk penghargaan bisa dalam kata–kata positif. Saat si kecil berhasil menggapai mainan yang ada di dekatnya, misal, tersenyumlah padanya, “wah, adek pintar sudah bisa memegang mainan, ya”. Penghargaan seperti ini akan menambah keyakinan bahwa dirinya mampu.[1]
Berdasarkan tugas perkembangan yang harus dicapai oleh bayi usia 0-12 bulan adalah sebagai berikut:
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
< 3 bulan
3 – < 6 bulan
6 – < 9 bulan
9 –  <12 bulan="" o:p="">

I. Kognitif
A.  Mengenali apa yang diinginkan.

Membedakan apa yang diinginkan (ASI atau dot).

    Memperhatikan permainan yang diinginkan.

Mengamati benda yang bergerak.

Mulai memahami perintah sederhana.

B. Menunjukkan reaksi atas rangsangan.
Berhenti menangis setelah keinginannya terpenuhi (misal: setelah digendong atau diberi susu).
Mengulurkan kedua tangan untuk digendong.
-    Berpaling kearah sumber suara.
-    Mengamati benda yang dipegang kemudian dijatuhkan.
-     Menunjukkan reaksi saat namanya dipanggil.
-     Mencoba mencari benda yang disembunyikan.
-     Mencoba membuka/ melepas benda yang tertutup.



1.    Aspek bahasa
Perkembangan berbahasa merupakan salah satu perkembangan yang paling penting pada usia awal pertumbuhan anak. Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan anak secara keseluruhan baik dari segi kognitif, sosial, dan emosi. Sebagai alat ekspresi, anak belajar mengungkapkan bahasa pikirannya melalui bahasa verbal. Kemampuan berbahasa anak akan menjadi dasar bagi kemampuan anak dalam mendapatkan serta memproses informasi dan mengembangkan diri melalui sosialisasi dengan lingkungannya.
Bahasa menjadi salah satu potensi yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Gardner mengungkapkan bahwa bahasa menjadi salah satu bagian dari teori kecerdasan majemuk yang merupakan kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.  Melalui bahasa, anak dapat menerima, menyampaikan informasi dan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (sosial skill) dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terdiri dari beberapa fase dimulai dari jeritan dan teriakan, kemudian ocehan yang sporadis, ocehan yang sistematis melalui peniruan dan pengujaran. Kemudian berkembang perbendaharaan kata secara berangsur-angsur, susunan dan pola kalimat bertambah, dan akhirnya anak mampu mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya.  Perkembangan bahasa anak berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Lingkungan disekitar anak sangat mempengaruhi dalam proses perkembangan bahasa.
Dalam beberapa bulan pertama, seorang bayi setelah kelahirannya memperoleh kemampuan bahasa dalam bahasa dasar, jauh sebelum mereka bisa mengucapkan kata pertamanya. Bayi melakukan kontak sosial dengan orang di sekitarnya melalui tatapan mata dengan orang yang memperhatikannya, pada masa ini bayi sangat peka dengan nada suara orang-orang yang ada di sekitarnya. Menangis merupakan satu-satunya alat komunikasi bayi. Perbedaan dalam nada, pola, dan intensitas menangis menandakan lapar, kantuk, atau kemarahan (Lester & Boukydis,1985).[2]  Sejak usia sangat dini, bayi sudah mendengarkan dan sudah mendengarkan  suara orang tuanya, termasuk aksen daerahnya. Jadi, walau sepertinya bayi hanya bisa menangis, tidur dan makan/minum ASI, ia sebenarnya sedang aktif belajar  berkomunikasi dengan lingkungannya. Pada rentang usia 0-1 bulan, bayi juga sudah dapat meniru ekpresi muka. Tanpa dia sadari, upayanya akan membantunya memperkuat dan melatih otot-otot mulut, bibir dan lidahnya untuk mendukung keterampilan bicaranya.  Selain itu, bayi baru lahir juga akan menggunakan bahasa tubuh untuk memberitahu  apa yang dia inginkan. Kala gembira, dia akan bergerak-gerak dari kepala sampai kaki. Sementara saat mengantuk, dia akan menguap dan menggosok-gosok matanya.
Pada 6 bulan pertama kehidupannya bayi tidak hanya melalui tangisan dan senyuman, tapi juga mendekut (cooing) yaitu suara lembut yang  bunyinya seperti “aaahh” atau “uuuhh”, karena otot-otot mulut dan lidahnya mulai berkembang. Sekitar usia 3 bulan, bayi suka bermain, sendirian maupun bersama Anda. Setelah menjadi pendekut ulung, pada usia 4 - 5 bulan, bayi  mulai meraban (babbling) yaitu suara tak beraturan secara berulang. Misalnya, “mmm”, “ppp”, “ttt” atau “ddd”.  
Bahasa tubuhnya juga semakin bervariasi. Misalnya, bila Anda berjalan menghampirinya, dia akan mengangkat punggungnya dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Sampai akhirnya bayi menginjak usia 12 bulan kemampuan berkomunikasinya juga semakin berkembang dengan pesat dimana komunikasinya pada rentang usia ini sudah bertujuan. Dia mulai menyadari bahwa dia bisa memakai suara untuk memberitahukan  dia lapar, senang, sedih dan sebagainya. Misalnya, dia akan mengangkat kedua tangannya sambil berteriak,  “Aaah ...” , saat melihat  orang terdekatnya.
Selama satu tahun pertama kehidupan bayi, mereka mampu membuat bunyi melalui urutan berikut:
-          Menangis. Bayi sudah dapat menangis di saat kelahirannya, tangisan dapat mengindikasikan kondisi gelisah, namun terdapat beberapa jenis tangisan yang mengindikasikan kondisi yang berbeda.
-          Mendekut. Bayi mendekut (cooing) pertama kali di usia 2 hingga 4 bulan (Menn & Stoel-Gannon,2009). Bunyi berdengkut ini bersumber dari bagian belakang tenggorokan dan biasanya mengekspresikan rasa senang ketika berinteraksi dengan pengasuh.
-          Celoteh. Di pertengahan tahun pertama kehidupannya. Bayi berceloteh (babbling) yaitu mereka menghasilkan rangkaian kombinasi konsonan-vokal, seperti “ba,ba,ba,ba”

Bentuk-bentuk stimulus yang diberikan
-          usia 0-3 bulan:
·         Berbicara
Berbicaralah dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap aktifitas dan kegiatan seperti memandikan bayi, mengenakan pakaian, memberikan makan, di tempat tidur, di saat melakukan setiap aktifitas rumah tangga dan sebgainya. Karena setiap kegiatan dan inetraksi yang kita lakukan akan sangat memberikan dampak yang besar terhadap penguasaan serta mampuan berbahasa anak saat ia dewasa.
·         Menirukan suara-suara
Tirukan ocehan bayi sesering mungkin, maka mereka akan mengulang kembali ocehannya tersebut.
·         Menegnali berbagai suara
Ajaklah bayi mendengarkan berbagai suara seperti music, radio, televisi, orang yang berbicara dan sebgainya, serta buatlah suara dari kerincingan, mainan, serta benda-benda di sekitar yang dapat menimbulkan suara. Kemudian perhatikan reaksi bayi saat mendengar verbagai macam suara yanga berlainan.

-          Usia 3-6 bulan
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
-          Berbicara
-          Menirukan suara-suara
-          Mengenali berbagai suara
·         Mencari sumber suara
Ajari bayi agar memalingkan mukanya ke arah sumber suara. Mula-mula
muka bayi dipegang dan dipalingkan dengan perlahan ke arah sumber suara atau bayi dibawa mendeati sumber suara
·         Menirukan suara-suara
Ketika berbicara dengan bayi, ulangi beberapa kata berkali-kali dan usahakan agar bayi menirukannya. Yang paling mudah dugunakan adalah kata mama dan papa, yang terdekat dengan lingkuangan anak dan diucapkan berkali-kali dan konsisten, walaupun bayi belum mengerti arti dari kata tersbut.

-          Usia 6-9 bulan
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
-       Berbicara
-       Mengenali berbagai suara
-       Mencari sumber suara
-       Menirukan kata-kata
·         Menyebutkan nama-nama gambar yang ada di buku atau majalah
Pilihlah gambar-gambar menarik yang berwarna-warni (seperti gambar binatang, kendaraan, meja, gelas, bunga dan sebagainya) dari buku atau majalah bergambar yang sudah tidak terpakai. Sebutkan nama-nama gambar yang anda tunjukkan kepada bayi. Lakukan secara rutin setiap hari  secara berulang dan terus menerus
·         Menunjuk dan menyebutkan nama-nama gambar
Tempelkan berbagai macam guntingan gambar yang menarik dan berwarna (seperti: bunga, kendaraan, mainan, buah, binatang dan sebagainya) pada sebuah buku gambar/tulis. Ajaklha bayi untuk melihat gambar-gambar tersebut. Bantulah anak menunjuk gambar yang namanya anda sebutkan. Usahakan agar bayi mau menyebut  nama gambar yang anda sebutkan, lakukan stimulasi ini setiap hari.

-          Usia 9-12 bulan
·         Stimulasi yang perlu dikembangkan
-          Berbicara
-          Menjawab pertanyaan
-          Menyebutkan nama-nama gambar di buku/majalah
·         Menirukan kata-kata
Setiap hari berbicara kepada  bayi, sebutkan kembalikata-kata yang telah diketahui artinya, seperti: makan, minum, mandi, main, kue, tidur, kucing dan sebagainya. Buatlah agar bayi mau meniru kata-kata tersebut. Bila ia mau mengatakannya, berilah pujian kemudian sebut kembali kata tersebut agar bayi mnegulanginya lagi.
·         Berbicara dengan boneka
Sediakan sebuah  boneka atau atau buat boneka sendiri menggunakan sapu tangan atau bahan apa saja, kemudian gambar boneka buatan tersebut hingga membentuk gambar wajah. Berpura-puralah agar boneka tersebut berbicara kepada bayi dan upayakan agar bayi mau mengikuti ucapan boneka tersebut. 
·         Bersenandung dan bernyanyi
Nyanyikan lagu dan bacakan syair anak kepada bayi sesering mungkin.[3]

Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 58 berikut tugas perkembanagn yanga harus dikuasi bayi usia 0-12 bualn
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
< 3 bulan
3 – < 6 bulan
6 – < 9 bulan
9 –  <12 bulan="" o:p="">

II. Bahasa
Mengeluarkan suara untuk menyatakan keinginan atau sebagai reaksi atas rangsangan

-     Menangis.
-     Berteriak.
-     Bergumam.

-     Memperhatikan/ mendengarkan ucapan orang.
-     Mengoceh.
-     Tertawa kepada orang yang mengajak berkomunikasi.

-    Mulai menirukan     ucapan.
-    Merespons permainan cilukba.
-    Menunjuk benda dengan mengucapkan satu kata.


-     Mengucapkan dua kata untuk menyatakan keinginan.
-     Menyatakan penolakan.
-     Menyebut nama benda atau binatang  (pus untuk kucing; oti untuk roti).


2.    Perkembangan Fisik Motorik
a.            Perkembangan fisik
Perkembangan fisik , pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada masa bayi dan masa pubertas.[4] Selama enam bulan pertama, pertumbuhan terus terjadi dengan pesat seperti pada periode prenatal dan kemudian mulai menurun. Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan sama bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat, kemampuan sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Seperti yang telah diketahui, bahwa setiap anak adalah unik, yang dimaksud adalah bahwa setiap anak memiliki perbedaan. Termasuk pula perbedaan pada tiap-tiap aspek perkembangannya. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kondisi buruk karena ibu kurang nutrisi, tingkat ekonomi, kebiasaan makan dan jenis makanan.

1)    Pertumbuhan dan perubahan tubuh
Pola-pola pertumbuhan, pertumbuhan tidak bersifat acak. Melainkan biasanya mengikuti dua pola: pola cephalocaudal dan pola proximoditsal.[5] Pola cephalocaudal merupakan rangkaian di mana pertumbuhan tercepat selalu terjadi di atas yaitu kepala. Pertumbuhan fisik dalam ukuran, berat badan, dan perbedaan ciri fisik secara bertahap bekerja dari atas ke bawah. Misalnya, dari leher ke bahu, ke batang tubuh bagian tengah, dan seterusnya. Pola ini juga terjadi pada bagian kepala, kepala bagian atas seperti mata dan bagian otak tumbuh lebih cepat dari pada bagian dibawahnya. Pada perkembangan sensoris dan motorik juga biasanya tumbuh dengan pola cephalocaudal. Hal ini dapat terlihat pada saat bayi dapat melihat objek terlebih dahulu sebelum mereka dapat mengendalikan tubuh mereka. Bayi juga lebih dahulu dapat menggunakan tangan mereka jauh sebelum mereka dapat merangkak atau berjalan.
Pola proximoditsal merupakan rangkaian pertumbuhan yang dimulai dari pusat tubuh dan bergerak ke arah tangan dan kaki. Hal ini dapat terlihat dari kendali otot tubuh dan lengan matang sebelum kendali tangan dan jari. Atau contoh lebih lanjutnya ialah bayi dapat menggunakan seluruh tangannya sebagai kesatuan sebelum mereka dapat mengontrol jari mereka. 







Gambar 1. Perubahan proposi tubuh manusia
a)    Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan meningkat dengan cepat selama masa bayi. Selagi bayi menyesuaikan diri terhadap perilaku menghisap, menelan dan mencerna, mereka tumbuh dengan cepat. Mereka dapat memperoleh rata-rata 5 hingga 6 ons perminggu selama sebulan pertama. Pada usia empat bulan, berat bayi biasanya bertambah dua kali lipat. Pada usia satun berat bayi rata-rata tiga kali lipat berat pada waktu dia lahir atau sekitar 21 pon. Selain itu, bayi juga tumbuh sekitar 1 inci perbulan, dan pada usia empat bulan, ukuran bayi antara 23 dan 24 inci, pada saat usia satu tahun antara 28 dan 30 inci.
b)    Perkembangan otak
Perkembangan otak, ketika lahir, berat otak bayi kurang lebih 25 persen dari berat otak ketika dewasa.[6] Pada masa bayi perkembangan otak berkembang sangat luas, oleh karena itu kepala bayi harus dilindungi jangan sampai jatuh, serta dilindungi dari cidera lainnya seperti tubuh bayi jangan digoncang-goncangkan dengan keras. Daerah otak tidak matang secara seragam. Lobus frontal tidak matang pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, bayi mampu mengembangkan kemampuan untukmengatur keadaan psikologis mereka seperti tidur saat neuron di lobus frontal menjadi terselubung oleh myelin dan saling dihubungkan selama tahun pertama.
Pada usia sekitar dua bulan,pusat kendali motorik otak berkembang hingga titik bayi mampu secara tiba-tiba meraih dan menggenggam objek yang dekat. Pada usia sekitar empat bulan, hubungan neural yang diperlukan untuk persepsi mulai terbentuk. Pada usia sekitar 12 bulan pusat bicara otak diseimbangkan untuk menghasilkan salah satu dari kejadian-kejadian penting di masa bayi, yaitu saat mengucapkan kata pertamanya.




Gambar 2. Pertumbuhan dan perkembangan anak

21)    Tidur
Tidur berguna untuk mengisi dan membangun kembali otak dan tubuh kita. Beberapa ilmuwan saraf  percaya bahwa tidur memberi neuron yang digunakan saat kita terjaga kesempatan untuk menutup dan memperbaiki diri.[7] Seorang bayi tidur lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa. Biasanya seorang bayi barulahir  membutuhkan waktu tidur sebanyak kira-kira 18 jam, namun pada tiap-tiap bayi juga memiliki kebutuhan tidur yang berbeda-beda. Rentang tidur bayi berkisar antara 10 hingga 21 jam. Selain itu, bayi juga memiliki pola tidur yang berbeda-beda pula. Dengan jumlah waktu yang digunakan untuk tidur tetap konsisten, namun bayi dapat mengubah waktu tidurnya, misalnya bayi biasanya tidur dua kali selama 7 sampai 8 jam per hari bisa berubah menjadi tidur sebanyak tiga atau empat kali tapi hanya beberapa jam saja.
Pada usia sekitar satu bulan, biasanya bayi sudah mulai banyak menghabiskan waktu tidurnya dimalam hari. Pada usia sekitar enam bulan, pola tidur mereka biasanya mulai menyerupai pola tidur orang dewasa, yaitu tidur lama di malam hari dan bangun paling lama di siang hari. Sekitar setengah dari tidur bayi adalah tidur REM (rapid eye movement), yaitu saat aktivitas otak seperti ketika beristirahat namun terjaga dan bola mata begrerak-gerak dengan cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Ketika bayi berusia tiga bulan, persentase waktu tidur REM pada bayi berkurang menjadi 40 persen, dan tidur REM tidak lagi mengawali waktu tidur mereka.











Gambar 3. Perbandingan tidur siang dan malam pada bayi

32)    Gizi
Perbedaan individual di antara para bayi dalam hal penyimpanan nutrisi,komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan dan pola aktivitas menyulitkan penentuan kebutuhan nutrisi aktual. Meskipun demikian, karena orangtua membutuhkan pedoman, ahli nutrisi merekomendasikan para bayi untuk mengonsumsi sekitar 50 kalori perhari untuk setiap pon berat tubuhnya, dua kali lebih banyak dari yang dibutuhkan orang dewasa per ponnya. Selama empat sampai enam bulan pertama, ASI atau susu formula merupakan sumber gizi dan energy untuk bayi. Beberapa peneliti menemukan tidak ada perbedaan psikologis antara bayi yang disusui dengan ASI atau dengan botol.[8]
Kekurangan gizi pada bayi, penyapihan bayi yang terlalu cepat dari pemberian ASI ke sumber gizi lain yang tidak memadai, seperti susu formula yang tidak sesuai dan tidak higienis dapat mengakibatkan bayi mengalami defisiensi protein dan kekurangan gizi. Bayi yang mengalamin kekurangan gizi tidak dapat tumbuh dengan cukup dan menjadi lamban. Kekurangan gizi yang sangat serius biasanya muncul melalui marasmus dan kwashiorkor. Marasmus adalah kekurangan gizi serius yang disebabkan oleh asupan kalori yang tidak cukup. Bayi dengan marasmus memiliki penampilan yang kecil, kurus dan terlihat lebih tua. Marasmus adalah terhubungnya jaringan tubuh di tahun pertama bayi, yang disebabkan oleh kekurangan kalori-protein yang serius.  Kwashiorkor adalah kekurangan gizi serius yang disebabkan oleh kekurangan protein. Perut dan kaki anak membengkak karena berisi air. Secara berbeda, anak degan kwashiorkor dapat terlihat cukup gizi. Faktanya, organ vital mereka mengumpulkan semua zat gizi yang ada dan menelantarkan bagian tubuh yang lain.
b.    Perkembangan Motorik/ refleks
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.[9] Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi anak akan tetap tidak berdaya. Selama motorik ataupun refleks anak ini belum berkembang maka anak masih sepenuhnya membutuhkan orang lain untuk memenuhi semua aspek kebutuhannya.
  
13)    Motorik kasar
Bayi yang baru lahir tidak dapat sengaja mengendalikan posturnya. Meskipun demikian,dalam beberapa minggu, bayi dapat menegakkan kepala dan segera setelahnya bayi dapat mengangkat kepala ketika sedang menelungkup. Bayi berusia dua bulan dapat duduk jika disangga di atas pangkuan atau dalam kursi bayi. Tetapi mereka tidak dapat duduk sendiri hingga usia enam sampai tujuh bulan. Berdiri juga berkembang secara bertahap selama setahun pertama. Saat usia delapan bualn, bayi biasanya belajar mengangkat dirinya sendiri ke atas dan berpegangan pada kursi, dan banyak yang sudah dapat berdiri sendiri sekitar sepuluh sampai dua belas bulan.
Bayi sudah dapat membuat gerakan kaki yang berganti-ganti seperti gerakan yang diperlukan ketika berjalan. Jalan syaraf yang mengendalikan pergantian kaki telah ada sejak usia yang sangat dini. Sepanjang enam bulan pertama, bayi melakukan gerakan menendang berganti-ganti yang cukup sering saat mereka berbaring telentang.
Gambar 4. Perkembangan motorik kasar anak

24)    Motorik halus
Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus.[10] Menggenggam mainan, mengancing baju, atau melakukan apapun yang memerlukan koordinasi tangan menunjukkan keterampilan motorik halus. Bayi pada usia 0 sampai 12 bulan sangat sedikit memiliki kontrol terhadap keterampilan motorik halus, tetapi mereka memiliki banyak komponen hal yang akan menjadi gerakan lengan, tangan dan jari yang terkoordniasi. Awalnya bayi menggerakkan pergelangantangan, memutar tangan mereka, serta mengkoordinasi ibu jari dan telunjuk mereka. Sistem menggenggam pada bayi juga sangat fleksibel. Bayi membedakan genggamannya pada objek tergantung pada ukuran dan bentuk objek tersebut, juga ukuran tangan mereka sendiri dibandingkan dengan ukuran objek. Bayi empat bulan sangat bergantung pada sentuhan untuk menentukan bagaimana mereka akan menggenggam sebuah objek, bayi usia delapan bulan lebih mungkin menggunakan penglihatan sebagai tuntunanya dalam menggenggam objek. 
35)    Penglihatan
Bagiamana sebenarnya perkembangan penglihatan bayi mungkin menjadi pertanyaan bagi para orang dewasa. Sebenarnya saat bayi lahir, bayi masih mengembangkan saraf, otot, dan lensa matanya. Maka bayi baru lahir tidak dapat melihat benda yang kecil dan jauh. Menurut bagan Snellen yang sering digunakan untuk menguji ketajaman mata, penglihatan bayi yang baru lahir diperkirakan bernilai 20/240 yang berarti bahwa bayi yang baru lahir mampu melihat benda pada jarak 20 kaki sedangkan orang dewasa  dapat melihat benda tersebut padajarak 240 kaki.[11] Dengan demikian sebuah benda dengan jarak 20 kaki pada penglihatan bayi baru lahir sama dengan benda dengan jarak 240 kaki yang dilihat oleh orang dewasa dengan penglihatan normal (20/20). Setelah bayi berusia enam bulan penglihatan bayi meningkat,yaitu menjadi (20/40).
Segera setelah lahir bayi menunjukkan ketertarikannya terhadap wajah manusia. Bayi juga mengalami kemajuan penglihatan warna. Pada usia delapan minggu atau bahkan empat minggu bayi sudah dapat membedakan beberapa warna. Bayi berusia tiga bulan bukan hanya mampu melihat bentuk dan gambar tetapi juga sudah mampu untuk mengembangkan harapan mengenai kejadian selanjtnya. Misalnya ketika bayi biperlihatkan gambar dengan cara selang-seling yang teratur seperti kiri kanan kiri dan seterusnya, bayi berusia tiga bulan mulai mengantisipasi lokasi gambar. Pada usia ini bayi akan melihat pada sisi di mana gambar ia perkirakan akan muncul.

46)    Pendengaran
Bayi baru lahir belum mampu mendengar suara lembut dengan ketajaman pendengaran seperti orang dewasa, suara yang didengarkan pada bayi harus cukup keras agar dapat didengar oleh bayi baru lahir. Perbandingan pendengaran orang dewasa dengan bayi baru lahir ialah seperti ketika orang dewasa dapat mendengar bisikkan dari jarak empat sampai lima kaki, maka bayi baru lahir dapat mendengar suara tersebut jika kerasnya serupa dengan percakapan normal. Selain itu, bayi yang baru lahir sudah mampu menentukan perkiraan lokasi arah datangnya suara. Pada usia enam bulan, bayi lebih mampu untuk menemukan lokasi sumber suara. Dan kemampuan ini terus berkembang. 
57)    Indera lain
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah bayi yang baru lahir merasakan sakit, sebuah penelitian oleh Megan Gunnar dan rekan-rekannyamenemukan bahwa bayi laki-laki yang baru lahir menangis dengan keras selama penyunatan.[12] Selain itu, bayi yang baru lahir juga mampu membedakan bau. Hal ini dapat terlihat dari ekspresi wajah mereka tampak mengindikasikan pada bau-bau yang merekasuka dan bau-bau yang tidak disukai. Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa bayi berusia enam hari yang disusui ibunya mampu menunjukkan prefensi yang jelas dalam mencium penutup payudara ibunya. Pada saat bayi berusia dua hari, mereka belum mampu untuk melakukan hal ini. Mereka membutuhkan beberapa hari pengalaman untuk merekam dan mengenali bau tersebut.
68)    Refleks
Bayi yang baru lahir tidak sepenuhnya tak berdaya, bayi memiliki beberapa refleks. Refleks merupakan reaksi alami terhadap stimulus, yang mengatur gerakan bayi, yang bersifat otomatis dan diluar kendali bayi. Misalnya, bayi yang baru lahir secara otomatis menahan nafas dan menyempitkan tenggorokan untuk mencegah kemasukan air. Beberapa refleks yang terjadi pada bayi yaitu refleks mencari, refleks menghisap, refleks moro dan refleks menggenggam.
Refleks mencari adalah reaksi alami pada bayi yang baru lahir yang terjadi pada saat pipi bayi ditepuk atau tepi mulutnya disentuh. Sebagai reaksi bayi menoleh ke arah sisi yang disentuh dengan usaha yang jelas untuk mencari sesuatu untuk dihisap. Refleks menghisap, refleks alami bayi yang baru lahir dengan secara otomatis menghisap objek yang ditempatkan dimulutnya. Refleks menghisap memungkinkan bayi untuk mendapat makanan sebelum bayi menghubungkan putting susu dengan makanan. Refleks moro adalah reaksi terkejut bayi yang baru lahir yang terjadi karena reaksi terhadap suara atau gerakan yang tiba-tiba dan keras. Saat terkejut, bayi melengkungkan punggung, meletakkan kepala, serta mengepakkan lengan dan kakinya yang kemudian dengan cepat menutup kembali lengan dan kakinya. Refleks menggenggam adalah refleks pada bayi baru lahir yangterjadi saat sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi bereaksi dengan menggenggam erat.

Refleks
Rangsangan
Reaksi Bayi
Pola Perkembangan
Berkedip
Kilatan cahaya, tiupan udara
Menutup kedua mata
Permanen
Babinski
Telapak kaki ditepuk
Jari kaki meenggang, menarik kaki ke dalam
Menghilang setelah 9 bulan hingga 1 tahun
Menggenggam
Telapak tangan disentuh
Menggenggam erat
Melemah setelah 3 bulan, menghilang setelah 1 tahun
Moro (kaget)
Rangsangan tiba-tiba, seperti mendengar suara keras atau ketika dijatuhkan
Kaget, melengkungkan punggung, meletakkan kepala, mengepakkan tangan dan kaki dan kemudian menutupnya dengan cepat ke pusat tubuh.
Menghilang setelah 3 atau 4 bulan
Ujung saraf
Pipi ditepuk atau tepi mulut disentuh
Menoleh, membuka mulut, mulai menghisap
Menghilang setelah 3 atau 4 bulan
Melangkah
Bayi diangkat di atas permukaan tanah dan kaki direndahkan menyentuh tanah
Menggerakkan kaki seperti akan berjalan
Menghilang setelah 3 atau 4 bulan
Menghisap
Objek menyentuh mulut
Menghisap secara otomatis
Menghilang setelah 3 atau 4 bulan
Berenang
Bayi meletakkan wajah di air
Membuat gerakan berenang yang terkoordinasi
Menghilang setelah 6 atau 7 bulan
Tonic neck
Bayi ditaruh di punggung
Membentuk kepalan dengan dua tangan dan biasanya menoleh ke kanan (kadang disebut pose pekelahi karena bayi seolah meniru gaya orang berkelahi)
Menghilang setelah 2 bulan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 0 –  < 12 Bulan
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
< 3 bulan
3 – < 6 bulan
6 – < 9 bulan
9 –  <12 bulan="" o:p="">

II. Motorik
A.    Motorik Kasar

1. Refleks menggenggam benda yang menyentuh telapak tangan.
2. Menegakkan kepala saat ditelungkupkan.
3. Tengkurap.
4. Berguling ke kanan dan ke kiri.


1.  Meraih benda di depannya.
2.  Tengkurap dengan dada diangkat dan kedua tangan menopang.
3.  Duduk dengan bantuan.


1.   Melempar benda yang dipegang
2.   Merangkak ke segala arah.
3.   Duduk tanpa bantuan.
4.   Berdiri dengan bantuan.
5.   Bertepuk tangan.


1.  Menarik benda yang  terjangkau.
2.  Berjalan dengan berpegangan.
3.  Berjalan beberapa langkah tanpa bantuan.
4.  Melakukan gerak menendang bola.

B.    Motorik Halus
1.   Memainkan jari tangan dan kaki.
2.   Memegang benda dengan lima jari.
1.   Memasukkan benda ke dalam mulut.
2.   Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan yang lain.
1.   Memegang benda dengan ibu jari dan jari telunjuk (menjumput)
2.   Meremas.
1.   Menggaruk kepala.
2.   Memegang benda kecil atau tipis (misal: potongan  buah atau biskuit).
3.   Memukul-mukul atau mengetuk-ngetuk mainan.



Stimulasi pada bayi usia 0-3 bulan
Motorik kasar
·         Mengangkat kepala
Letakkan bayi pada posisi telungkup. Gerakkan sebuah mainan berwarna cerah atau buat suara-suara gembira di depan bayi sehingga ia akan belajar mengangkat kepalanya. Secara berangsur-angsur ia akan menggunakan kedua lengannya untuk mengangkat kepala dan dadanya.
·         Berguling-guling
Letakkan mainan berwarna cerah di dekat bayi agar ia dapat melihat dan tertarik pada mainan tersebut. Kemudian pindahkan benda tersebut ke sisi lain dengan perlahan. Awalnya, bayi perlu dibantu dengan cara menyilangkan paha bayi agar badannya ikut bergerak miring sehingga memudhakan bayi berguling.
Ketika ia berguling,senyum dan tunjukkan rasa kasih sayang.  Jaga agar bayi tidak jatuh dari tempat tidur, meja atau dari ketinggian lainnya.
·         Menahan kepala tetap tegak
Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan kepalanya tetap tegak.

Motorik halus
·         Melihat, meraih dan menendang mainan gantung
Ikat sebuah tali menyilang di atas tempat tidur bayi. Gantungkan pada tali tersebut benda/mainan berputar atau berbunyi, berwarna cerah. Bayi akan tertarik dan melihat, menendang atau menggapai mainan tersebut. Pastikan benda tersebut tidak bias dimasukkan ke mulut bayi, dan tali tidak akan terlepas dari ikatannya.
·         Memperhatikan benda gerak
Bayi senang memperhatikan wajah seseorang, gambar, benda atau mainan menarik berwarna cerah. Dekatkan wajah anda, gambar, mainan menarik ke wajah bayi agar ia melihat dan memperhatikannya. Perlahan-lahan gerakkan wajah anda atau benda-benda itu ke sisi kanan dan kiri sehingga bayi ikut memperlihatkannya.
·         Melihat benda-benda kecil
Pangku bayi di dekat sebuah meja, kemudian jatuhkan sebuah benda kecil (missal: kacang) dari atas meja, tepat di depan bayi anda. Anda juga dapat memutar benda itu di atas meja dan melihat apakah bayi anda memperlihatkannya.
Jaga bayi anda agar tidak menelan benda itu, karena bias menyebabkan tersedak.
·         Memegang benda
Letakkan benda/mainan kecil yangberbunyi atau berwarna cerah di tangan bayi atau sentuhan benda tersebut pada punggung jari-jarinya. Amati cara ia memegang benda tersebut pada punggung jari-jarinya. Amati cara ia memegang benda tersebut. Hal ini berhubungan dengan suatu gerak reflek.
Semakin bertambah umur bayi, ia akan semakin mampu memgang benda-benda kecil dengan ujung jarinya (menjimpit). Jaga agar benda itu tidak melukai bayi atau tertelan dan membuatnya meraba dan merasakan berbagai bentuk.
·         Meraba dan merasakan bentuk permukaan
Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan seperti mainan binatang, mainan plastic, kain-kain perca, karet dan sebagainya.
Bayi anda mungkin memasukkan benda-benda itu ke mulutnya, maka pastikan bahwa benda-benda itu tidak terlalu kecil atau mudah disobek dan ditelan.

Stimulasi pada bayi usia 3-6 bulan
Motorik kasar
·         Stimulasi perlu dilanjutkan
Berguling-guling
Menahan kepala tetap tegak
·         Menyanggan berat
Angkat badan bayi melalui bawah ketiaknya ke posisi berdiri. Perlahan-lahan turunkan badan bayi hingga kedua kaki menyentuh meja, tempat tidur atau pengakuan anda. Coba agar bayi amu mengayunkan badannya dengan gerakkan naik turun serta menyangga sebagian berat badannya dengan kedua kaki bayi.
·         Mengembangkan kontrol terhadap kepala
Lat ihan bayi agar otot-otot lehernya kuat. Letakkan bayi pada posisi telentang. Pegang kedua pergelangan tangan bayi, tarik bayi perlahan-lahan kea rah anda, hingga badan bayi terangkat ke posisi setengah duduk. Jika bayi belum dapat mengontrol kepalanya (kepala bayi tidak ikut terangkat), jangan lakukan latihan ini. Tunggu sampai otot-otot leher bayi lebih kuat.
·         Duduk
Bantu bayi agar bisa duduk sendiri. Mula-mula bayi didudukkan di kursi dengan sandaran agar tidak jatuh kebelakang. Ketika bayi dalam posisi duduk, beri mainan kecil ditangannya. Jika bayi belum bisa duduk tegak, pegang badan bayi. Jika bayi bisa duduk tegak, dudukkan bayi di lantai yang beralaskan selimut, tanpa sandaran atau penyangga.

Motorik halus
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Melihat, meraih dan menendang mainan gantung
Memperlihatkan benda bergerak
Melihat benda-benda kecil
Meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan
·         Memegang benda dengan kuat
Letakkan sebuah mainan kecil yang berbunyi atau berwarna cerah di tangan bayi. Setelah bayi menggenggam mainan tersebut, tarik pelan-pelan untuk melatih bayimemegang benda dengan kuat.
·         Memegang benda dengan kedua tangan
Letakkan sebuah benda atau mainan di tangan bayi dan perhatikan apakah ia memindahkan benda tersebut ketangan lainnya. Usahakan agar tangan bayi, kiri dan kanan, masing-masing memegang benda pada waktu yang sama. Mula-mula bayi dibantu, letakkan mainan di satu tangan dan kemudian usahakan agar bayi mau mengambil mainan lainnya dnegan tangan yang paling sering digunakan.
·         Makan sendiri
Beri kesempatan kepada bayi untuk makan sendiri, mula-mula berikan biskuitnya sehingga bayi bisa belajar makan biskuit.
·         Mengambil benda-benda kecil
Letakkan benda kecil seperti remah-remah makanan atau potongan-potongan biskuit di hadapan bayi. Ajari bayi mengambil benda-benda tersebut. Jika bayi telah mampu melakukan hal ini, jauhkan pil/obat dan benda kecil lainnya dari jangkauan bayi.

Stimulasi pada bayi usia 6-9 bulan
Motorik kasar
·         Stimulisasi yang perlu dilanjutkan
Menyangga berat
Mengembangkan kontrol terhadap kepala
Duduk
·         Merangkak
Letakkan sebuah mainan di luar jangkauan bayi, usahakan agar ia mau merangkak ke arah mainan dengan menggunakan kedau tangan dan lututnya.
·         Menarik ke posisi berdiri
Dudukan bayi di tempat tidur, kemudian tarik bayi ke posisi berduri. Selanjutnya, lakukan hal tersebut di atas meja, kursi atau tempat lainnya.
·         Berjalan berpegangan
Ketika bayi telah mampu berdiri, letakkan mainan yang disukainya di depan bayi dan jangan terlalu jauh. Buat agar bayi mau berjalan berpegangan pada ranjangnya atau perabot rumah tangga untuk mencapai mainan tersebut.
·         Berjalan dengan bantuan
Pegang kedua tangan bayi dan buat agar ia mau melangkah.

Motorik halus
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Memegang benda dengan kuat
Memegang benda dengan kedua tangannya
Mengambil benda-benda kecil
·         Memasukkan benda ke dalam wadah
Ajari bayi cara memasukkan mainan/ benda kecil kedalam suatu wadah yang dibuat dari karton/kaleng/kardus/botol air mineral bekas. Setelah bayi memasukkan benda-benda tersebut ke dalam wadah ajari cara mengeluarkan benda tersebut dan memasukkannya kembali. Pastikan benda-benda tersebut tidak berbahaya, seperti: jangan terlalu kecil karena akan membuat tersedak bola benda itu tertelan.
·         Bermain “genderang”
Ambil kaleng kosong bekas,bagian atasnya ditutup dengan plastik/kertas tebal seperti “genderang”. Tunjukkan cara memukul “genderang” denagn sendok/centong kayu hingga menimbulkan suara.
·         Memegang alat tulis dan mencoret-coret
Sediakan krayon/ pensil berwarna dan kertas bekas di atas meja. Dudukkan bayi di pangkuan anda, bantu bayi agar ia dapat memegang krayon/pensil dan ajarkan bagaimana mencoret-coret kertas.
·         Bermain mainan yang mengapung di air
Buat mainan dari akrton bekas/kotak/gelas plastik tertutup yang mengapung di air. Biarkan bayi main dnegan mainan terssbut ketika mandi. Jangan biarkan bayi sendirian ketika mandi/main di air.
·         Membuat bunyi-bunyian
Tangan kanan dan kiri bayi masing-masing memegang mainan yang tidka dapat pecah (kubus/balik/kecil). Bantu agar bayi membuat bunyi-bunyian dengan cara memukul-mukul ke dua benda tersebut.
·         Menyembunyikan dan mencari mainan
Sembunyikan mainan/benda yang disukai bayi dengan cara ditutup selimut/koran, sebagian saja. Tunjukkan ke bayi cara menemukan mainan tersbut yaitu dengan mengangkat kain/Koran penutup mainan. Setelah bayi mengerti permainan ini, maka tutup mainan tersebut dengan selimut/koran, dan biarkan ia mencari mainan itu sendiri.

Stimulasi untuk bayi usia 9-12 bulan
Motorik kasar
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Merangkak
Berdiri
Berjalan sambil berpegangan
Berjalan dengan bantuan
·         Bermain bola
Ajak bayi bermain bola. Gelindingkan bola ke arahnya dan usahakan agar ia menggelindingkan bola atau memukulnya kembali ke arah anda. Bola besar akan lebih mudah untuk bermain pertamakali. Berangsur-angsur bermain bola dengan berbagi ukuran, jangan gunakan bola yang terlalu kecil sehingga dapat ditelan dan menyebabkan tersedak. Jangan memakai balon.
·         Membungkuk
Jika bayi sudah bisa berdiri, letakkan sebuah mainan di lantai. Ajak agar iamau membungkuk dan mengambil mainan itu tanoa berpegangan. Mula-mula mungkin bayi perlu dibantu.
·         Berjalan sendiri
Bantu bayi agar mau berjalan beberapa langkah tanpa berpegangan. Buat permainan seperti memintabayi berjalan kepelukan anda untuk mendapatkan dekapan atau mainan yang disukainya. Beri pujian bila bayi mau berjalan beberapa langkah. Bila bayi belum siap berjalan,tunggu beberapa hari dan cona lagi.
·         Naik tangga
Tunjukkan kepada bayi cara naik tangga dengan merangkak, kemudian biarkan ia menuruni tangga dengan melangkahkan kakinya. Gunakan tangga yang rendah dan bayi jangan ditinggal sendirian.

Mototrik halus
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Memasukkan benda ke dalam wadah
Bermain dengan mainan yang mengapung di air
·         Menyusun balok/kotak
Ajari bayi menyusun beberapa balok/kotak besar. Balok/kotak dapat dibuat dari karton atau potongan-potongan kayu bekas. Benda lain yang bisa dipakai adalah beberapa kaleng kecil (kosong) atau mainan anak berbentuk kubus/balok.
·         Menggambar
Letakkan krayon/pinsil berwarna dan kertas di meja. Ajak bayi “menggambar” dengan krayon atau pinsil warna. Kegiatan menggambar inidapatdilakukan bersamaandengan adna mengerjakan tugas rumah tangga.
·         Bermain di dapur
Biarkan bayi bermain didapur ketika anda sedang memasak. Pilih lokasi yang jauh dari kompor dan letakkan sebuah kotak tempat menyimpan mainan alat memasak dari plastic atau benda-benda yang ada di dapur seperti gelas, mangkuk, sendok, tutup gelas dari palstik

5.    Perkembangan sosial emosional
Bayi melewati pola perkembangan yang lazim, tiap bayi sejak awal menunjukkan kepribadian yang berbeda antara satu dengan lain. Seorang bayi biasanya ceria tetapi ada pula bayi yang mudah terganggu. Sejak masa bayi perkembangan kepribadian berkaitan erat dengan hubungan sosial. Sedangkan perkembangan emosi merupakan proses yang terjadi secara bertahap, emosi yang rumit merupakan hasil dari emosi yang sederhana.[13] Karakteristik pola reaksi emosional seseorang mulai berkembang pada masa bayi dan merupakan elemen dasar kepribadian. Meskipun demikian, degan pertumbuhan yang dialami anak beberpaa respon emosional juga mungkin berubah. Misalnya,pada seorang bayi berusia tiga bulan mungkin tersenyum melihat wajah orang asing, mungkin pada usia delapan bulan menunjukkan kecurigaan atau merasacemas akan kehadiran orang asing.
Emosi berkaitan erat dengan aspek-aspek perkembangan. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir yang terlalaikan secara emosional, seperti tidak mendapat pelukan, belaian atau tidak diajak bicara mungkin menunjukkan kemungkinan untuk mengalami kegagalan perkembangan. Kegagalan perkembangan yang dimaksud ialah kegagalan untuk tumbuh dan bertambah berat badan. Bayi yang baru lahir menunjukkan dengan jelas bila mereka tidak senang. Mereka menangis dengan kencang, menggerak-gerakkan tangan dan kaki, dan mengakukan tubuh. Pada bulan pertama mereka menjadi tenang ketika mendengar suara sesorang atau ketika digendong, dan mereka tersenyum ketika tangan mereka digerakkan untuk diajak bermain.
Hal ini sejalan dengan tahapan perkembangan yang dikemukakan oleh Erick Erickson, dimana bayi berusia 0 sampai 12 bulan termasuk kedalam tahapan trust vs mistrus. Yaitu tahapan dimana bayi mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan aman atau tidak untuk dirinya. Dengan demikian orang dewasa dan lingkungan sekitarnya lah yang sangat menentukan perkembangan emosi bayi. Bila lingkungannya mampu memberikan rasa aman dan nyaman tentunya akan menimbulkan rasa percaya pada bayi yang akan mengoptimalkan perkembangan emosinya dengan baik, begitu pula sebaliknya.
Menangis merupakan cara yang dilakukan bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhannya. Bagaimana orangtua ataupun lingkungan sekitar merespon tangisannya akan berdampak besar pada perkembangan sosial emosinya. Tidak hanya menangis, tanda-tanda emosi lainnya pada bayi ialah tersenyum dan tertawa. Senyum kecil paling dini terjadi secara spontan segera setelah lahir yang ternyata adalah hasil aktivitas sistem syaraf subkortikal senyum involuntari inisering muncul pada peride tidur REM. Sedangkan senyum sadar paling dini dapat diakibatkan oleh sensasi halus, seperti menggoyangkan dan meniup kulit bayi, dan pada minggu kedua bayi mungkin senyum ngantuk setelah makan. Pada mingguketiga, hampir semua bayi mulai tersenyum ketika mereka terjaga dan memperhatikan anggukan kepala dan suara pengasuh. Pada sekitar satu bulan, senyum menjadi lebih sering dan lebih sosial. Pada bulan kedua seiring berkembangnya pengenalan visual, bayilebih sering tersenyum terhadap stimulus visual, seperti wajah yang mereka kenal.
Tawa bayi mulai jelas pada usia sekitar empat bulan, bayi tertawa keras ketika digoda, seperti dikelitik atau diciumi. Bahkan pada usia sekitar enam bulan bayi bias saja terkekeh saat merespon ibunya yang mengeluarkan suara aneh atau menggodanya dengan berbagai hal lainnya. Perubahan ini juga dapat mencerminkan perkembangan kognitifnya, dengan tertawa menunjukkan bahwa mereka mengerti atau mengetahui apa yang mereka harapkan. Tertawa juga membantu bayi melepas ketegangan, seperti rasa takut terhadap objek yang mengancam.




Kemunculan dari berbagai emosi
Kemuculan awal
Emosi
Emosi Primer

3 bulan
Senang (joy)
Sedih (sadness)
Jijik (disgust)
2 sampai 6 bulan
Marah (angry)
6 bulan pertama
terkejut (surprise)
6 sampai 8 bulan
Takut (fear)- mencapai puncaknya pada usia 18 bulan

Perkembangan sosial bayi dan balita dari lahir
Perkiraan usia (bulan)
Karakteristik
0-3
Bayi terbuka terhadap rangsangan. Mereka mulai menunjukkan rasa tertarik dan ingi tahu, dan mereka siap tersenyum kepada orang  lain
3-6
Bayi mampu mengantisipasi apa yang akanterjadi dan mengalami kecewaan ketika tidakterjadi. Mereka menunjukkan hal ini dengan menjadi marah dan bertindak gelisah. Mereka sering tersenyum, menggumam dan tertawa. Ininmerupakan masa awal sosial dan pertukaran resiprokal dini antara bayi dan pengasuh
6-9
Bayi ikut dalam “permainan sosial” dan mencoba mendapatkan respons dari ornaglain. Mereka “berbicara”, “menyentuh” dan merayu bayi lain supaya mereka berespon. Mereka mengekspresikan berbahai emosi, menunjukkan rasa senang, takut dan terkejut
9-12
Bayi sangat terokupasi dengan pengasuh utama mereka, mungkin menjadi takut pada orang asing, dan tenang pada situasi baru. Pada usia satu tahun, merekamengkomunikasikanemosimereka dengan lebih jelas, menunjukkan suasana hati, ambivalensi, dna gradasi perasaan.

Sebuah pandangan holistik dalam buku Human Development mendiskripsikan tahap-tahap perkembangan emosi sejak lahir sebagai berikut :
 Neonatal (lahir sampai 1 bulan), Ketika baru lahir, menangis menjadi tanda emosi-emosi negative, sedangkan emosi-emosi positif lebih sulit untuk diketahui.
Usia 1-6 bulan, Bayi mulai tersenyum dan tertawa ketika berespon terhadap orang dan penglihatan atau suara yang tidak terduga. Kepuasan, minat dan kesedihan adalah pertanda dari emosi-emosi yang lebh terdiferensiasi.
Usia 6-12 bulan, Pada saat usia ini, emosi-emosi dasar mulai muncul seperti; gembira, terkejut, sedih, jijik dan marah.

a)    Perkembangan sosialisasi
Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan di masa depan dan pola perilaku terhadap orang lain.[14] Waktu yang dihabiskan oleh bayi tentunya paling banyak dirumah, maka perngalaman sosial yang pertama dialami oleh bayi ialah dengan orang-orang di rumah. Selama tahun pertama bayi, biasanya bayi dalam keadaan seimbang yang membuat ia ramah, mudah dirawat dan menyenangkan.
Reaksi sosial yang biasanya dilakukan oleh bayi kepada orang dewasa pada usia dua sampai tiga bulan ialah bayi dapat membedakan manusia dari benda mati. Selain itu, bayi juga tau bahwa manusia lah yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Bayi merasa senang jika berada dengan manusia dan bayi merasa tidak senang ketika ditinggal sendirian. Pada usia ini bayi belum menunjukkan perbedaan rasa kepada orang disekitarnya, mereka tidak lebih menyukai seseorang disbanding orang lainnya. Setelah beranjak ke usia empat sampai lima bulan, bayi ingin digendong oleh siapa saja yang didekatnya. Akan tetapi bayi sudah menunjukkan  reaksi yang berbeda, kepada wajah-wajah yang tersenyum, suara-suara yang ramah dan suara-suara yang menunjukkan amarah.
Memasuki usia antara enam sampai tujuh bulan, bayi mulai membedakan “teman” dan “orang asing” dengan tersenyum pada temannya dan memperlihatkan rasa cemas atau takut kepada orang asing. Ini merupakan permulaan dari masa terikat, yaitu masa dimana bayi menunjukkan keterikatan yangkuat pada ibunya atau ibu atau pengasuhnya dan mulai berkurangnya keramah tamahan. Pada usia delapan sampai Sembilan bulanbayimencoba meniru kata-kata, isyarat dan gerakan-gerakan sederhana dari orang lain. Memasuki usia dua belas bulan bayi bereaksi terhadap larangan seperti kata”jangan”.
Terdapat perbedaan antara reaksi sosial bayi kepada orang dewasa dengan reaksi sosial kepada bayi lainnya. Pada usiaempat sampai limabulan, bayi mencoba menarik perhatian bayi atau anak lain dengan melambungkan badan ke atas dan ke bawah menendang, tertawa atau bermain dengan ludah. Memasuki usia enam bulan sampai tujuh bulan bayi tersenyum kepada bayi lain dan menunjukkan minat terhadap tangisannya. Usia Sembilan sampai tiga belas bulan bayimencoba meremasi pakaian dan rambut bayi-bayi lain, meniru perilaku dan suara mereka dan bekerja sama dalam menggunakan mainan,meskipun ia cenderung bingung bila bayi lain mengambil salah satu mainannya.

Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 0 –  < 12 Bulan
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
< 3 bulan
3 – < 6 bulan
6 – < 9 bulan
9 –  <12 bulan="" o:p="">

V. Sosial-emosional
Menunjukkan respons emosi



1.  Menatap dan tersenyum.
2.  Menangis untuk mengekspresi kan ketidak nyamanan.


1.  Merespons dengan gerakan tangan dan kaki.
2.  Menangis apabila tidak mendapat-kan yang diingin-kan.


1.  Mengulurkan tangan atau menolak untuk diangkat (digendong).
2.  Menunjuk sesuatu yang diinginkan.


1.  Menempelkan kepala bila merasa nyaman dalam pelukan (gen-dongan) atau meronta kalau merasa tidak nyaman.
2.  Menyatakan keinginan dengan berbagai gerakan tubuh dan ung-kapan kata-kata sederhana.
3.  Meniru cara menyatakan pera-saan sayang dengan memeluk.




Stimulasi pada bayi usia 0-3 bulan
·         Memberi rasa aman dan kasih sayang
Sesering mungkin peluk dan belai bayi, bicara kepada bayi dengan nada lembut dan halus, serta penuh kasih sayang. Seseraing mungkin ajak bayi dalam kegiatan anda. Ketika bayi rewel, cari sebabnya dan atasi masalahnya.
·         Mengajak bayi tersenyum
Sesering mungkin ajak bayi tersenyum dan tatap mata bayi. Balas tersenyum setipa kali bayi tersenyum kepadaanda.  Buat suara-suara yang menyenangkan dan berbicara dengan bayi sambil tersenyum.
·         Mengajak bayi mengambil benda-benda dan keadaan disekitarnya
Gendong bayi berkeliling sambil memperlihatkan/menunjuk benda-bena yang berwarna cerah atau bercahaya. Sangga bayi pada posisi tegak sehingga ia dapat melihat apa yang terjadi di sekitanya.
·         Meniru ocehan dan mimik muka bayi
Perhatikan apa yang dilakukan oleh bayi, kemudian tirukan ocehan dan mimik mukanya. Selanjutnya bayi akan menirukan anda
·         Mengayun bayi
Untuk menenangkan bayi dan anda bisa santai, ayunkan bayi dalam kursi ayun. Tetap berada dekat bayi sehingga ia dapat meraba wahag anda dengan tangannya. Belai bayi dengan penuh kasih sayang dan bicara padanya dengan nada lembut.
·         Menina-bobokan
Ketika menidurkan bayi, bersenandunglah dengan nada lembut dan penuhkasih sayang, ayun bayi anda sampai tertidur.

Stimulasi pada bayi usia 3-6 bulan
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Memberi rasa amandan kasih sayang
Mengajak bayi tersenyum
Mengamati
Mengayun
Menina-bobokkan
·         Bermain “ciluk-ba”
Pegang saputangan/kain atau koran untuk menutupi wajah anda dari pandangan bayi. Singkirkan penutup tersebut dari hadapan bayi dan katakana “ciluk-ba” ketika bayi dapat melihat wajah anda kembali. Lakukan hal ini berulang kali. Yang penting, usahakan bayi tidak dapat melihat wajah anda untuk beberapa saat dan tiba-tiba wajah anda muncul kembali dengan gembira dan berseri-seri. Cara lain adalah mengintip bayi dari balik pintu atau tempat atau tempat tidurnya.
·         Melihat dirinya di kaca
Pada umur ini, bayi senang melihat dirinya di cermin. Bawalah bayi melihat dirinyadi cermin yang tidak mudah pecah.
·         Berusaha meraih mainan
Letakkan sebuah mainansedikit diluar jangkaun bayi. Gerak-gerakkan mainan itu didepan bayi sambil bicara kepadanya agar ia berusaha untuk mendapatkan mainan itu. Jangan terlalu lama membiarkan bayi berusaha meraih mainan tersebut, agar ia tidak kecewa.
Stimulasi pada bayi usia 6-9 bulan
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Memberi rasa aman dan kasih sayang
Mengajak bayi tersenyum
Mengayun
Menina-bobokkan
Bermain “ciluk-ba”
Malihat di kaca
·         Permainan “bersosialisasi”
Ajak bayi bermain dengan orang lain. Ketika ayah pergi, lambaikan tangan ke bayi sambil berkata “da….. daag”. Bantu bayi den3gan gerakan membalas melambaikan tangannya. Setelah ia mengerti permainan tersebut, coba agar bayi mau menggerakkan tangannya sendiri ketika mengucapkan kata-kata seperti di atas.
Stimulasi pada bayi usia 9-12 bulan
·         Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Memberi rasa aman dan kasih sayang
Mengajak bayi tersenyum
Mengayun
Menina-bobokkan
Permainan “ciluk-ba”
Permainan “bersosialisasi”
·         Minum sendiri dari sebuah cangkir
Bantu bayi memegang cangkir dan minum dari cangkir itu. Cangkir plastik tertutup dengan lubang mulut dapat dipakai untuk tahap awal, isi cangkir dengan air sedikit agar tidak tumpah.
·         Makan bersama-sama
Ajak bayi makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Bayi duduk dekat dengan yang lainnya dan makan makanannya (makanan bayi umur 9-12 bulan berada dengan makanan keluarga)
·         Menarik mainan yang letaknya agak jauh
Ajari bayi untukmengambil sendiri mainan yang letaknya agak jauh dengan cara meraih, menarik, ataupun mendorong badannya supaya dekat dengan mainan tersebut. Letakkan mainan yang bertali agak jauh, ajari bayi cara menarik tali untuk mendapatkan mainan tersebut. Simpan mainan bertali tersebut jika anda tidak dapat mengawasi bayi.




[2]John W. Santrock. loc. cit. h. 190

[3] Pemkot Malang, pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak, Malang: 2007. Hal. 16-23.
[4] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1988),h. 78
[5]  J. W Santrock, opcit, h. 159
[6]   J. W Santrock, opcit, h. p 128
[7] [7]  J. W Santrock, locit, h. 177
[8] Ibid p 187
[9] Elizabet Hurlock, opcit, p 150
[10]   J. W Santrock, opcit, h. 216
[11]  J. W Santrock, opcit, h.153
[12] Perkembangan anak santrock p 230
[13] Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos, op. cit., hal 262
[14] Psikologi perkembangan harlock p 88

BLOG PRIBADI ISMET

Alamat: Kota Metro, Lampung
HP/WA: 082186657038
Saling Berbagi Ilmu, melayani Sharing dan bertukar informasi mengenai Karya Ilmiah khusus SD & PAUD, Perangkat Pembelajaran SD (KTSP & Kurikulum 2013) RPP Promes, Prota SILABUS
Silahkan Hubungi No: Di atas
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates