Metode Penelitian Eksperimen,
Ismet, Dyah Ageng, Rany Nay, Chresty
(Pascasarjana S2 Universitas Negeri Jakarta)
A. PENGERTIAN PENELITIAN EKSPERIMEN
Penelitian
eksperimen termasuk penelitian yang didasarkan pada tingkat kealamiahannya (setting) tempat penelitian selain
penelitian survey dan naturalistik (kualitatif). Pada hakekatnya penelitian
eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan
terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan[1].
Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan
secara sengaja oleh peneliti.[2]
Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang
bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang
diamati.[3]
Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode
sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect
relationship).[4]
Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.[5
|
B.
VARIABEL
PENELITIAN EKSPERIMEN
Jika ada
pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabanya berkenaan dengan
variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel
didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi”
antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.[6]
Dalam penelitian eksperimen dikenal tiga
kelompok variabel yaitu variabel ekperimen (variabel yang diberikan
treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar (extraneous
variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan
dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian[7].
C.
KARAKTERISTIK
PENELITIAN EKSPERIMEN
Setiap metode penelitian masing-masing
memiliki karakter yang khas, menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik dalam
penelitian eksperimen anatara lain:[8]
1.
Variabel bebas yang dimanipulasi
Dimana peneliti menjadikan
salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding
yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang
tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2.
Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap
konstan
Menurut Gay
(1982), control is an effort on the part of researcher to remove the
influence of any variable other than the independent variable that ought affect
performance on a dependent variable. Dengan kata lain, mengontrol merupakan
usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin
dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group
eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar
karakteristik keduanya mendekati sama.
3.
Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari
kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan
mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara
dua group.
Menurut
John W. Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus
memahami karakteristik yang ada pada penelitian tersebut, yaitu: (1) populasi
dipilih secara acak; (2) memiliki variabel kontrol; (3) treatment (tindakan); (4) hasil dapat diukur dengan instrument penelitian; (5)
membandingkan kelompok variabel; (6) validitas terukur.[9]
Dari
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang perlu
diperhatikan dalam penelitian eksperimen, yaitu sampel dipilih secara acak
sehingga hasil penelitian valid dan dapat digeneralisasikan, kemudian adanya
kelompok variabel kontrol (control group)
sebagai pembanding dengan variabel eksperimen (experimental group), adanya tindakan (treatment) yang dilakukan pada salah satu variabel atau beberapa variabel tetapi dengan
tindakan yang berbeda, selanjutnya dibandingkan antara variabelnya.
D.
TUJUAN
PENELITIAN EKSPERIMEN
Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk meneliti
pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu
dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.[10]
Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk
menilai/ membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem
solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada
siswa SD atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan
tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di
dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/ diketahui
pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada
mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan
tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya
(kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan
kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
E.
SYARAT-SYARAT
PENELITIAN EKSPERIMEN
Sebuah
penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian
eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti
syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut. Wilhelm Wundt dalam Alsa
(2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian eksperimental, yaitu: [11]
1.
peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan
di mana ia akan melakukan penelitian;
2.
penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang
dalam kondisi yang sama;
3.
peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol)
variabel yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya;
4.
diperlukan kelompok pembanding (control group) selain
kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).
F.
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN EKSPERIMEN
Langkah-langkah
dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan penelitian lainnya.
Menurut Gay (1982) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen yang perlu
ditekankan adalah sebagai berikut: (1)
adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti; (2) pemilihan subjek yang
cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol; (3) pembuatan
atau pengembangan instrumen; (4) pemilihan desain penelitian; (5) eksekusi
prosedur; (6) melakukan analisis data; (7) memformulasikan simpulan.[12]
Menurut
Marguerite (2010) mengemukakan terdapat 10 tahapan dalam penelitian eksperimen
yaitu, (1) menentukan topik; (2) meninjau referensi yang relevan; (3) menyusun
hipotesis; (4) memilih dan menetapkan peserta dalam kelompok; (5) menentukan
instrumen pengukuran; (6) menentukan kelompok variabel eksperimen dan kontrol; (7)
menyusun treatment/ tindakan; (8)
mengumpulkan dan menganalisa data; (9) membuat keputusan tentang hipotesis
(sesuai atau tidak sesuai); (10) menyusun simpulan.[13]
Dari
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam penelitian eksperimen diawali dengan menentukan masalah yang
akan dijadikan topik penelitian, selanjutnya mencari sampel dalam populasi yang
telah ditentukan, lalu mencari refrensi sebagai dasar teoritis untuk menyusun
hipotesis, kemudian mengelompokkan variabel kontrol dan variabel eksperimen
serta menyusun instrumen, selanjutnya dilakukan tindakan/treatment pada salah satu variabel atau kedua variabel dengan tindakan yang berbeda, setelah
selesai tindakan data yang didapat kemudian dianalisa sesuai atau tidak dengan
hipotesis yang disusun.
G.
PENELITIAN EKSPERIMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Menurut
Sukardi, penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan memiliki keunggulan jika dibandingkan
dengan penelitian lainnya. Keunggulannya adalah ketika guru atau peneliti ingin
menguji apakah metode pembelajaran baru lebih baik daripada metode pembelajaran
lama atau sebaliknya dapat menggunakan penelitian eksperimen.[14]
Dengan menggunakan
penelitian eksperimen dapat diketahui perbandingan penggunaan metode
pembelajaran apakah memiliki perbedaan hasil atau tidak. Oleh sebab itu penelitian ini dapat
dipergunakan untuk menentukan kebijakan dalam penggunaan metode pembelajaran
yang sesuai di sekolah.
Selain
itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan.
Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang
lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan
yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan
tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah[15].
H.
BENTUK DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN
Menurut
Sugiyono terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental
(nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group
pretestposttest, intec-group comparison; (2) true-experimental, meliputi
posttest only control design, pretest-control group design; (3) factorial
experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series
design dan non equivalent control group design.[16]
Gambar
2.1 Bentuk Design Penelitian Eksperimen
1.
Pre- Experimental Designs (Nondesigns)
Pre- Experimental
Designs (nondesigns) belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Bentuk pre- Experimental
Designs (nondesigns) ada beberapa macam yaitu:
a. One-Shot Cose Study
Paradigma
dalam penelitian eksperimen model ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
X= Treatment yang diberikan
|
O= Observasi
(Variabel
dependen)
Adapun cara
membacanya sebagai berikut terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) atau perlakuan dan selanjutnya di observasi
hasilnya. (Treatmen adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah
sebagai variabel dependen).
Contoh:
Pengaruh
alat kerja baru diklat (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (O).
Keterangan:
Terdapat
kelompok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudian di akhir bulan di
ukur produktivitas kerjanya. Pengaruh
alat kerja baru terhadap produktivitas kerja diukur dengan membandingkan
produktivitas sebelum meng-gunakan alat baru dengan produktivitas setelah meng-gunakan
alat baru (misalnya selalu menggunakan alat baru produktivitasnya 150/jam dan
setelah menggunakan alat baru produktivitasnya 500/jam. Jadi pengaruh alat baru
adalah 500-150 = 350/jam).
b. One- Group Pretest-Posttest Design
Bila
dalam one-shot case study tidak di
beri pretest, maka pada paradigma ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan
sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
|
O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
Pengaruh nilai pretes
di bandingkan dengan nilai postest
= (O2 - O1)
c. Intact-Group Comparison
Terdapat 1
kelompok yang digunakan untuk penelitian tetapi dibagi 2 yaitu setengah
kelompok eksperimen dan setengah kelompok untuk kontrol.
|
O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang
tidak di beri perlakuan
Pengaruh perlakuan = O1 – O2
Contoh:
Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang
setengah dalam melaksanakan pekerjaannya menggunakan lampu yang sangat terang
(O1) dan setengahnya lagi dengan lampu yang kurang terang (O2).
Setelah beberapa minggu diukur produktivitas kerjanya. Kelompok mana yang lebih
produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu terhadap produk-tivitas kerja adalah (O1
- O2).
2.
True-Experimental Design
Dikatakan true
experimental (ekperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini,
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang dipengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara
random. Disini dikemukakan dua bentuk
desain true experimental yaitu:
posttest only control design dan pretest
group design.
a. Pottest-Only Control Design
|
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
di pilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok
yang lain tidak. Kelompok yang di beri perlakuan disebut kelompok eksperimen
dan kelompok yang di beri (treatment)
adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya
pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya.
Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh secara signifikan.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
|
Terdapat dua kelompok yang di pilih secara random,
kemudian di beri pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah
(O2 – O1) – (O4 – O3).
3.
Factorial Design
Merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan
memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi
perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma
design faktorial dapat digambarkan seperti berikut:
|
Semua kelompok dipilih secara random,
kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan
baik, bila setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3
= O5 = O7.
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur
kerja baru terhadap kepuasaan pelayanan pada masyarakat. Untuk itu dipilih 4
kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu
laki-laki (Y1), dan perempuan (Y2).
Treatment atau
perlakuan (prosedur kerja baru) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang
telah diberi pretest (O1 = kelompok laki-laki), dan kelompok
eksperimen ke dua yang telah diberi pretest (O5 = kelompok
perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok
laki-laki = (O2 - O1) - (O4 – O3).
Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap nilai penjualan barang untuk
kelompok perempuan = (O6 – O5) – (O8 – O7).
Bila terdapat perbedaan pengaruh
prosedur kerja baru terhadap kepuasan masyarakat antara kelompok kerja pria dan
wanita, maka penyebab utamanya adalah bukan karena treatment yang diberikan (karena treatment yang diberikan sama), Tetapi karena adanya variable
moderator, yang dalam hal ini jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan
prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi pada
umumnya, kelompok wanita lebih ramah, dalam memberikan pelayanan, sehingga
dapat meningkatkan kepuasaan masyarakat.
4.
Quasi Experimental Design
Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Berikut ini
dikemukakan dua bentuk eksperimen ini yaitu:
a. Time Series Design
Desain ini tidak dapat di pilih secara random. Sebelum
diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk
mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila
hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok
tersebut labil, dan tidak
konsisten.
|
Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2 =
O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6
= O7 = O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5
+ O6 + O7 O8)
– (O1 + O2 + O3 + O4).
Dibawah ini merupakan grafik berbagai kemungkinan hasil
penelitian yang menggunakan desain time series.

Gambar 2.2 Berbagai Kemungkinan Hasil Penelitian
yang
Menggunakan Desain Time Series.
Hasil penelitian yang paling baik adalah ditunjukan pada
Grafik A. Hasil pretest menunjukan
keadaan kelompok stabil dan konsistensi ( O1 = O2 = O3
= O4) setelah diberi perlakuan keadaanya meningkat secara
konsisten ( O5 = O6 = O7 = O8).
Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap
kelompok yang sedang dieksperimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi
semula. Jadi pengaruh perlakuan hanya sebagai contoh: Pada waktu penataran,
pengetahuan, dan keterampilannya meningkat, tetapi setelah kembali ke tempat
kerja kemampuannya kembali seperti semula. Grafik C memperlihatkan pengaruh
luar lebih berperan daripada pengaruh perlakuan, sehingga grafiknya terus
mengalami peningkatan. Grafik D menunjukan keadaan kelompok tidak menentu.
b. Non-Equivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group desain, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
tidak dipilih secara random.
|
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan
senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu
kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengahnya
diberikan perlakuan senam pagi setiap hari, dan setengahnya lagi tidak. O1
dan O3 merupakan derajat kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan
senam pagi. O2 adalah derajat kesehatan karyawan setelah senam pagi
selama satu tahun. O4 adalah derajat kesehatan karyawan yang tidak
diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan
adalah (O2 - O1) – ( O4-O3).
I. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN EKSPERIMEN
Bila kita telaah bersama dari pembahasan sebelumnya
terdapat kelebihan dan kekurangan dari metode eksperimen. Jika
kelebihannya dalam penelitian eksperimen
adalah peneliti dapat memilih variabel dan variabel dapat di kontrol secara
ketat sehingga validitas
dapat terjamin. Namun demikian, penelitian eksperimen akan terlihat
kelemahannya ketika digunakan dalam penelitian-penelitian sosial, desain
eksperimen yang digunakan akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena
banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit untuk mengontrolnya.
Contoh:
Mencari pengaruh pendidikan dan
latihan yang diberikan kepada pegawai terhadap prestasi kerjanya.
Untuk mencari seberapa besar pengaruh diklat terhadap prestasi
kerja, maka harus membandingkan prestasi kerja pegawai sebelum mendapat diklat
dan setelah mendapat diklat atau membandingkan orang yang mempunyai kemampuan
yang sama yang tidak mendapatkan diklat. Prestasi seorang pegawai
tidak hanya dipengaruhi oleh diklat saja, tetapi oleh variabel lain, misalnya
IQ, pengalaman, pengawasan, pendidikan dan lain-lain, sehingga mengukur
seberapa jauh pengaruh diklat terhadap kinerja guru secara teliti akan sulit
dilakukan.
[1] Asmadi Alsa,
Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2004). h. 54
[2] Sutrisno Hadi,
Metodologi
Research Jilid 4.
(Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1985). h. 87
[3] Latipun. Psikologi
Eksperimen. (Malang: UMM Press, 2002). h. 18
[4] Sukardi,
Metodologi
Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011). h. 179
[7] Supardi. Dasar-dasar
Penelitian Bidang Pendidikan. (Jakarta:
Ditjen Peningkatan Mutu Depdiknas, 2007). h. 8
[8] Ary, D., Jacob, L.C. and Razavieh, A. Introduction to Research in Education. 3rd Edition. (New York: Holt,
Rinehart and Winston, 1985).
h.88
[9] Jhon W.
Creswell, Educational Research: Planning,
Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. 3rd
Edition. (New Jersey: Pearson
Education, Inc., 2008). h. 300
[12] Gay, L.R,
Educational
Research Competencies for Analysis &
Application. 2nd Edition. (Ohio: A Bell &
Howell Company, 1983). h. 128.
[13] Marguerite
G. Lodico, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle, Methods In Educational Research: From Theory To Practice. 2nd Edition (United States of America: Jossey-Bass A Wiley imprint,
2010). h. 230.
[15] Supardi. op.cit., 3.
4 komentar:
informasi yang sangat dibutuhkan factorial design
2 x 2 hehehe
thanks infonya, sangat membantu
Blognya keren...
Isinya mantapbs...
Semangat terus untuk ngeblog Agan Dosen...
Posting Komentar