Jumat, 27 November 2009

ZAT ALIR FLUIDA


MAKALAH

FLUIDA
ZAT ALIR
(TUGAS KELOMPOK )

DIAJUKAN GUNA MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA 2
DOSEN MATA KULIAH : Dra. Supriyadi, M. Pd.

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK II SEMESTER V B
Nama NPM

1). Ismet 0613053034
2). Rahmad Dedi. N 0613053050
3). Syahri Hasan. M 0613053061
4). Ulfa Hasanah 0613053063
5). Widara Sartika 0613053065




S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2008



KATA PENGANTAR




Puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, Penulis dapat menyusun tugas Makalah yang berjudul Fluida (Zat Alir) sebagai tugas kelompok. Penulis menyambut dengan baik tugas ini, guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Penulis dalam penulisan Makalah.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Supriyadi, M. Pd selaku dosen Mata Kuliah Konsep Dasar IPA 2
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik secara moril maupun materil.
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu –persatu.
Semoga Makalah ini bermanfaat buat kita semua untuk menambah perbendaharaan pengetahuan pembaca tentang Fluida. Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat Penulis harapkan, guna perbaikan dalam penyusunan Makalah berikutnya di alamat email: ismet_unila@yahoo.com atau No HP. 0852 69791936. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Untuk itu Penulis mohon maaf dan terima kasih.

Metro, 12 September 2008
Penulis

BAB I PENDAHULUAN

Fluida didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir yaitu zat cair dan zat gas(termasuk gas yang terionisasi atau plasma) tetapi zat padat pada temperatur tertentu dapat mengalir misalnya aspal dan ter.
Secara umum dibedakan menjadi 2 bagian yaitu fludia statik dan fluida dinamik

o Sifat-sifat fluida adalah
 Tidak dapat melawan secara tetap stress geser.
 Mempunyai kompresibilitas.
 Mempunyai kekentalan atau viskositas.
o Fludia Statik membahas
 Tekanan
 Tegang muka
 Kapilaritas
o Fluida Dinamik membahas
 Persamaan Kontinuitas
 Persamaan Bernaoulli
 Viskositas





BAB II PEMBAHASAN

A. FLUIDA STATIK
Fluida statik dapat juga disebut fluida tak mengalir, misalnya zat cair di dalam ember yang todak bocor, atau gas di dalam wadah yang tertutup. Tidak ada perpindahan bagian-bagian zat itu yang dapat diamati, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam keadaan seperti itu ternyata fluida memiliki beberapa sifat tertentu. Sifat-sifat itu antara lain:
1. Tekanan
Konsep tekanan merupakan satu lagi konsep yang diciptakan oleh orang-orang fisika. Karena banyak kegunaannya dalam menjelaskan berbagai peristiwa, terutama yang menyangkut fluida. Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Bila gaya sebesar F bekerja secara merata dan tegak lurus pada suatu permukaan yang luasnya A, maka tekanan p pada permukaan tersebut adalah P = F/A
Konsep tekanan penting dalam fluida, oleh karena itu berbagai hal yang menyangkut fluida memerlukan konsep ini. Fluida mengalir disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan pada dua bagian berbeda pada zat cair. Gaya ke atas benda yang tercelup ke dalam fluida ”hukum arcimedes” juga disebabkan adanya tekanan di dalam fluida.
Satuan tekanan dalam SI, seperti yang dikenal, adalah newton/meter2, atau N/m2. N/m2 disebut juga pascal, disingkat Pa. Untuk keperluan cuaca masih diperlukan satuan yang disebut atmosfer (Atm), cm-raksa (cmHg), dan milibar (mb). 1 mb = 0,001 bar, sedangkan 1 bar = 105 N/m. 1 atmosfer sama dengan tekanan kolom raksa setinggi 76 cm atau kira-kira sama dengan 1,01 x 105 Nm-2.





2. Tekanan di Dalam Zat Alir
Tekanan di yang berada disekitar kita selalu terkena pengaruh gaya gravitasi. Pada setiap bagiannya bekerja gaya gravitasi yang arahnya kebawah. Marilah kita tinjau akibat gaya gravitasi ini dengan menggunakan penalaran. Untuk mudahnya, tinjaulah zat cair di dalam suatu wadah yang tebuka seperti pada gabar.




G. 1.1 Zat cair dipandang berlapis-lapis

Kita dapat membayangkan bahwa zat cair tersebut terdiri dari lapisan-lapisan, mulai dari lapisan terbawah pada dasar wadah hingga lapisan atas pada permukaan zat cair. Setiap bagian lapisan mengalami gaya gravitasi kearah bawah. Oleh karena itu setiap lapisan menekan pada lapisan yang terdapat dibawahnya. Akibatnya lapisan terbawah mengalami tekanan terbesar sebab semua lapisan terbawah harus menahan semua lapisan yang lain. Lapisan teratas mengalami tekanan terkecil sebab diatasnya tidak ada lagi lapisan zat cair. Yang ada hanyalah atmosfer, yang memberikan tekanan tersebut tekanan atmosfer. Dari penalaran ini kita dapat menyimpulkan bahwa tekanan didalam zat cair disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang bekerja pada tiap bagian zat cair, besar tekanan tergantung kedalaman; makin dalam letak suatu bagian zat cair makin besar tekanan bagian tersebut. Tekanan di dalam zat alir tak mengalir, yang diakibatkan adanya gaya gravitasi disebut tekanan hidrostatik..
Sifat zat cair yang dapat mengalir menyebabkan tekanan tersebut tidak hanya terjadi pada bidang mendatar, melainkan pada setiap bidang. Setiap titik pada dinding wadah mendapat tekanan dari zat cair yang diwadahinya itu.
Akibat tekanan dibagian bawah zat cair lebih besar daripada tekanan dibagian atas, zat cair dibagian bawah tentulah lebih rapat dibandingkan bagian atas. Ini menimbulkan perbedaan massa jenis antara bagian atas dan bagian bawah zat cair. Walaupun perbedaan tersebut sangatlah kecil terutama untuk zat cair yang tidak terlalu dalam.
a. Hukum Pascal



G. 1.2 Penyemprot Pascal
Lain daripada itu percobaan dengan menggunakan penyemprot pascal menunjukan bahwa tekanan yang diberikan kepada zat cair diteruskan ke segala arah dengan sama rata. Jadi jika lapisan yang letaknya lebih diatas menekan lapisan yang terdapat dibawahnya, zat cair meneruskan ke segala arah. Oleh karena itu setiap titik didalam zat cair tak mengalis mengalami tekanan dari segala arah.
Tekanan tersebut berasal dari luar zat cair. Seperti pada penyemprot Pascal, tekanan diadakan dari luar. Semburan zat cair yang keluar dari bola penyemprot menunjukan bahwa tekanan ini diteruskan ke segala arah diberi tekanan sebesar p, maka setiap bagian zat cair dan dinding bejana mengalami tekanan sebesar p. Pascal menyatakan bahwa:
Tekanan yang diadakan dari luar zat cair yang terdapat didalam ruang tertutup diteruskan oleh zat cair tersebut itu ke segala arah dengan sama rata.
Pernyataan tersebut disebut hukum pascal. Untuk dapat memahami hukum pascal ini lebih baik, mari kita tinjau hukum pascal ini secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka-angka atau besaran-besaran. Coba perhatikan gambar berikut:

F1 F2
A1 A2


G. 1.3 Prinsip Pascal
Alat tersebut diatas berupa bejana tertutup yang dilengkapi dengan dua torak (penghisap) yang luas penampangnya berbeda. Yaitu A1 dan A2 (A2 > A1). Untuk mudahnya pembahasan kita akan menganggap bahwa antara torak dan dinding tidak ada gesekan. Didalam bejana terdapat zat cair.
Misalkan pada torak yang luasnya A1 diadakan gaya sebesar F1 yang arahnya kebawah. Karena itu zat cair didalam bejana mengalami tekanan p = F¬1/A1, Tekanan p ini diteruskan sama rata ke segala arah seperti digambarkan gambar 1.3. kita dapat menghitung gaya yang dialami oleh torak sebelah kanan dengan mengalikan tekanan p dengan luas penampang torak A2. Jika gaya tersebut kita sebut F2 maka
F2 = pA2 = F1 A¬2 dari persamaan ini kita peroleh F1 = F2
A1 A1 A2

Sebagai contoh sederhana, jika umpamanya A2 = 10 x A1, maka dengan menggunakan persamaan diatas maka dapat dihitung bahwa F¬2 = 10 F1. jadi torak sebelah kanan terdorong dengan gaya yang besarnya 10 kali gaya yang digunakan pada torak disebelah kiri. Ini merupakan contoh alat yang dapat ”melipatgandakan” gaya. Gaya yang kecil dapat dijadikan gaya yang besar.
Banyak alat teknik yang bekerja berdasarkan hukum pascal contohnya adalah dongkrak hidrolik, pengukur tekanan ban, pompa hidrolik dan lain-lain.

b. Tekanan dan kedalaman kedalaman
Hubungan antara tekanan (p) dan kedalaman (h) dapat dicari dengan menggunakan alat Hartl. Untuk mencari hubungan tekanan dan kedalaman digunakan hukum pokok hidrostatika. Hukum ini menyatakan semua titik yang terletak di dalam satu bidang datar, di dalam satu zat cair memiliki tekanan yang sama. Hidrostatika adalah bagian fisika yang berkaitan dengan masalah zat alir yang ada dalam keadaan tak mengalir.
Contoh:
Sebuah pipa berbentuk U berisi air dan minyak, tinggi kolom minyak 10,0 cm. Selisih tinggi permukaan air dengan permukaan minyak 8,0 cm. Jika massa jenis air adalah 1,0 x 103 kg0/m3, berapakah massa jenis minyak berdasarkan kenyataan ini?
Jawab : Kita gunakan hukum pokok hidrostatika. Untuk itu kita buat bidang datar AB melalui bidang persentuhan kedua zat cair. Menurut hukum pokok hidrostatika, tekanan pada setiap titik tersebut sama besarnya. Misalkan massa jenis minya adalah pminyak. Kita ambil sebuah titik P di bidang pesentuhan, dan Q di dalam air. Jika tekanan di P kita sebut pp dan tekanan di Q kita sebut pQ maka
pp = pQ............................................................(a)
pp = pminyakgh = pminyakg x 0,10 m .................(b)
pQ = pgh = 1,0 x 103 kg/m3 x g x 0,080 m.....(c)
Dari (a), (b), dan (c) diperoleh:
pminyakg x 0,10m = 1,0 x 103 kg/m3 x g x 0,080 m
pminyak = 1,0 x 103 kg/m3 x g x 0,080 m = 0,80 x 103 kg/m3
g x 0,10 m
Jadi massa jenis minyak adalah 0,80 x 103 kg/m3

3. Tekanan di dalam Gas
Ban yang diisi banyak udara dapat menjadi sangat keras. Balon yang diisi gas terlalu banyak akan meletus. Kedua contoh ini menunjukan bahwa udara dan gas ada di dalam ruang tertutup mengadakan tekanan pada dinding tempat gas tersebut berada. Tekanan ini bukan disebabkan oleh gravitasi seperti halnya zat cair dan tekanan atmosfer.
a. Hukum Boyle
Jika volume gas diperkecil, kerapatan gas bertambah. Tekanan gas pun bertambah bersar. Sebaiknya jika volume gas diperbesar, tekanan gas berkurang, atau menjadi kecil. Demikianlah tori partikel dapat menjelaskan terjadinya perubahan tekanan sebagai akibat perubahan volume gas.
Hubungan antara tekanan gas (p) dan volume (V) dapat dicari dengan menggunakan hukum Boyle yang ditemukan oleh Robert Boyle. Hukum ini menyatakan bahwa tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya, asalkan suhu gas tetap besarnya, dan tekanan gas tidak terlalu besar. Hukum Boyle dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
p = C/V atau pV = tetap
b. Mengukur tekanan gas Alat
Alat untuk mengukur tekanan gas yang ada di dalam ruang tertutup disebut monometer. Ada monometer zat cair, adapula monometer zat logam.
4. Gaya ke Atas di Dalam Fluida
Gaya keatas di dalam fluida pertama-tama ditemukan oleh ilmuan Yunani bernama Archimedes, dan sekarang dikenal dengan hukum Archimedes, hukum ini menyatakan ”Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.
Jadi apabila sebuah benda tercelup ke dalam zat cair, benda mengalami 2 gaya sekaligus, yaitu gaya gravitasi (gaya berat) G dan gaya ke atas Fa dari zat cair. Dalam hal benda tersebut tercelup seluruhnya, terdapat tiga kemungkinan mengenai besar kedua gaya ini yaitu:
a. G > Fa Fa dikalahkan oleh B. Benda tenggelam.
b. G = Fa seimbang dengan G. Benda melayang. Artinya, jika benda dilepaskan di dalam zat cair, benda tidak turun, dan tidak pula naik.
c. G < fa =" G" g =" pbgVb."> Fa (benda tenggelam), maka pbgVb > pgV, yang berarti pula pb > p (p massa jenis zat cair). Jadi benda akan tenggelam bila massa jenis benda lebih besar daripada massa zat cair. Ini adalah suatu ”syarat” suatu benda bisa tenggelam di dalam zat cair.
Bila G = Fa (benda dalam keadaan melayang), maka pbgVb = pgV, yang berarti pula pb = p (massa jenis zat cair). Jadi benda akan melayang jika massa jenis benda sama dengan zat cair. Ini merupakan ”syarat” untuk benda dapat melayang di dalam zat cair.
Dengan penalaran sejenis dapat kita temukan bahwa syarat terapungnya sebuah benda di dalam zat cair adalah massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair.
Untuk benda berongga yang tercelup seluruhnya ke dalam zat cair, dan rongga benda tidak diisi oleh zat cair, massa jenis benda yang dimaksud haruslah massa jenis rata-rata benda. Massa jenis rata-rata adalah hasil bagi massa dengan volume benda yang mendesak zat cair.
5. Gejala Permukaan
a. Permukaan zat cair
Kejadian jarum yang diletakkan di atas lajur kertas (dibagikan tengahnya) dan perlahan-lahan jarum diturunkan ke permukaan air ini termasuk gejala permukaan. Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa permukaan air seakan-akan ditahan oleh suatu selaput yang tak tampak, yang menyebabkan bentuknya melengkung dan dapat menahan sebatang jarum di atasnya.
b. Adhesi dan Kohesi
Menurut, teori partikel zat, zat cair atau zat padat dapat berada dalam keadaan cair atau padat karena adanya gaya tarik-menarik antar partikel-partikel atau molokul-molokul zat, itu. Pada keadaan padat gaya tarik-menarik itu besar.
Sehingga partikel-partikel tidak dapat bergerak diantar sesamanya.
Gaya tarik-menarik antar partikel atau molekul sejenis disebut gaya kohesi, atau dengan singkat disebut kohesi.
Gaya tarik-menarik antar partikel tidak sejenis disebut gaya adhesi, yang dengan singkat disebut adhesi.
Besarnya gaya kohesi dan adhesi juga bergantung pada jarak antar molekul yang bersangkutan. Makin besar jaraknya, gaya itu makin kecil.
c. Tegangan Permukaan
Gaya-gaya kohesi resultan menyebabkan permukaan zat cair menjadi tegang. Ketegangan permukaan ini disebut tegangan permukaan.
Adanya tegangan permukaan ini menyebabkan permukaan zat cair selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya terkecil. Dalam hal permukaan zat cair itu luas, permukaan terkecil adalah permukaan datar. Jadi dapatlah dikatakan bahwa permukaan zat cair pada umumnya datar karena adanya tegangan permukaan itu. Perkecualiannya ialah permukaan yang bersentuhan dengan bejana tempat zat cair itu berada.
Tegangan permukaan suatu zat cair didefinisikan sebagai gaya tiap satu satuan panjang. Jika pada suatu permukaan sepan¬jang l bekerja gaya sebesar 1, tegak lurus pada l, dan y menyatakan tegangan permukaan, maka:

d. Sudut Kontak
Gaya-gaya kohesi resultan menyebabkan permukaan zat cair menjadi tegang. Ketegangan permukaan ini disebut tegangan permukaan.
Bentuk permukaan di persentuhan antara zat cair dengan dinding bejana ter¬nyata bergantung pada jenis zat cair, dan jenis bahan bejana. Dalam hal zat cair itu air dan bejana itu terbuat dari kaca, permukaan pada persentuhan dengan dividing itu bentuknya sedikit melengkung ke atas atau cekung (Gambar 23a). Dalam hal zat cair itu raksa dan bejana itu terbuat dari kaca, permukaan pada persentuhan dengan dividing itu ben¬tuknya sedikit melengkung ke bawah atau cembung (Gambar 5.23b). Bagian permukaan yang sedikit melengkung di tempat persentuh¬an dengan dinding bejana disebut meniscus zat cair itu. DI sini kohesi dan adhesi ber¬peran.





Sudut antara permukaan zat cair dengan permukaan dinding pada titik persentuhan zat cair dengan dinding, yaitu sudut 8 pada Gambar 5.23a dan 6, disebut sudut kontak antara zat cair dengan dinding. Dalam hal sudut kontak itu <> 90° (tumpul) seperti pada Gambar 5.23b, diikatakan bahwa zat cair itu tidak membasahi dinding.
Besar sudut: kontak antara permukaan zat cair dengan dinding bejana bergantung pada perbandingan gaya kohesi (Fk) antar partikel zat cair dengan gaya adhesi (Fa) par¬tikel zat, cair dengan bahan dividing bejana. Untuk zat cair yang ada dalam keadaan seim¬bang (Lak mengalir) resultan Fk dan Fs, yaitu R, haruslah tegak lurus pada permukaan zat cair di titik yang dimaksud. Sebab kalau tidak, partikel di titik itu' akan bergerak. Pada hal zat cair dalam keadaan seimbang. Untuk zat cair dengan Fk <> Fa, keadaan meniskusnya seperti pada Gambar 5.236. Sudut kontaknya tumpul.
e. Kapilaritas
Gaya-gaya kohesi resultan menyebabkan permukaan zat cair menjadi tegang. Ketegangan permukaan ini disebut tegangan permukaan.
Kohesi raksa lebih besar daripada adbesi antara zaksa dengan dinding tabung. Makin kecil diameter tabung. makin besar perbedaan tinggi permukaan zat cair. Naiknya atau turunnya zat cair di dalam pipa yang diameternya kecil disebut kapilari¬tas.
Kapilaritas dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan jari-jari pipa adalah r, tinggi zat cair yang naik dalam pipa adalah y dan sudut kontak adalah θ (Gambar 5.25 a dan b). permukaan zat cair menyentuh dinding pipa sepanjang keliling lingkaran itu bekerja tegangan permukaan y ke atas untuk air dan ke bawah untuk raksa.
Tegangan permukaan itu kita uraikan atas dua komponen. Komponen mendatar y sin θ saling menghilangkan; hanya komponen vertikal y cosθ yang masih berpengaruh. Pada seluruh keliling permukaan bekerja gaya tegangan permukaan sebesar F = 2πry cosθ
Gaya F ini mengangkat zat cair sampai setinggi y pada Gambar 5.25(a). kalau massa jenis cat cair adalah ρ, gaya F mengimbangi berat zat cair sebesar πr2 2ρgy. Sebab itu,
2πry cosθ = πr2pgy,
2ycosθ
Y = ……………………(5.10)
ρgr


.




Kalau sudut kontak lancip (atau zat cair membasahi dinding), dari persamaan (5.10) akan diperoleh harga y positif, artinya zat cair itu naik di dalam pipa. Sebaliknya bila sudut kontak tumpul (atau zat cair tidak membasahi dinding), diperoleh harga y negatif, yang berarti zat cair di dalam pipa lebih rendah daripada di luarnya.




B. FLUIDA DINAMIK
1. Aliran Fluida
Tidak semua gerak fluida dapat disebut mengalir. Fluida dikatakan mengalir jika fluida itu bergerak secara terus (kontinu) terhadap sekitarnya.
Aliran yang mengikuti suatu garis (lurus atau melengkung) yang jelas ujung dan pang¬kalnya disebut aliran garisarus. Di dalam bahasa Inggris aliran seperti itu disebut aliran streamline.
Aliran garisarus adalah aliran yang tiap partikel yang melalui suat.u titik mengikuti garis yang sama seperti partikel-partikel lain yang melalui titik itu.
Berbeda dengan aliran garisarus ada aliran yang disebut aliran turbulent. Aliran turbulent ditandai oleh adanya aliran berpu¬tar. Ada partikel-partikel yang arah geraknya berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak keseluruhan fluida.
Untuk mempersederhana masalah, misalkan suatu fluida mengalir de¬ngan laju tetap Sebesar v di dalam pipa lurus yang luas penampangnya A. Bayangkan suatu penampang A yang pada suatu saat ada di P; t, detik kemudian penampang itu pindah sejauh ut ke Q. Volum silinder di antara P dan Q adalah volum air yang mengalir dalam waktu t detik. Volum itu sama dengan .A x vt, atau vtA. Jika kecepatan aliran kita lambangkan dengan huruf R. maka:

Kecepatan aliran R untuk berbagai penampang haruslah sama, tak bergantung pada luas penampang. Sebab, jika di suatu penampang ada fluida lewat sebanyak R per detik, pada penampang lain yang ada di "belakang"-nya haruslah fluida yang lewat se¬banyak R pula tiap detik juga. Jika tidak demikian halnya, maka akan terjadi pertam¬buhan atau pengurangan banyak fluida di suatu tempat. Hal ini tidak mungkin, karena fluida dianggap tidak dapat dimanfatkan. Pada Gambar 5.28, jika melalui penampang A1 lewat sebanyak R fluida per detik, maka melalui A2 juga lewat R fluida per detik. Misalkan laju fluida ketika melewati A1 adalah vl. Menurut persamaan (5.11), untuk penampang A1 berlaku:
R = vrA, ....................................... (a)
Misalkan laju fluida ketika melewati A 2 adalah u2. Maka:
R = v2A2 ...... ...................... ......... (b)
Dari (a) dan (b) diperoleh:
vl A1 = v2A2 ............................ (5.12a)
Atau:
v1 = A2 .................................... (5.12b)
V2 A1
Persamaan (5.12b) menunjukkan bahwa kecepatan fluida berbanding terbalik dengan luas penampang pipa. Jika umpamanya Al = %A2, maka u, = 2 u2.
Contoh :
Pada suatu aliran garisarus, zat alir mengalir melalui pipa yang luas penampangnya berbe¬da-beda. Pada penampang yang luasnya 10 , cm2 kecepatan fiuida adalah 0,50 m/s.. Berapa kecepatan fluida pada penampang yang luasnya 1,0 cm2?
Jawab:
Misalkan A1 = 10 cm2, vi = 0,50 m/s, A2 = 1,0 cmz, dan v2 kecepatan pada penampang yang luasnya 1,0 cm2 itu. Menurut persamaan (v 12a):




Cara lain:
Karena luas penampang yang kedua kali yang pertama, kecepatan pada penampang yang kedua 10 kali kecepatan pada penam¬pang pertama, atau 10 x 0,50 m/s = 5 m/s.
2. Azas Bernoulli
Tekanan udara di tempat yang kecepatannya besar lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya- kecil. Ini disebut azas Bernoulli,
Azas ini memungkinkan kita memahami terangkatnya pesawat terbang bila pesawat bergerak di udara dengan kecepatan yang mencukupi.
Pesawat terbang terangkat karena tergerak dengan cepat di udara. Tanpa udara pesawat terbang tidak dapat terbang.
Persamaan Bernoulli
Bayangkan suatu fluida ideal mengalir de¬ngan cara aliran garis arus pad<.A2. Ujung kanan terletak lebih tinggi daripada ujung kiri. Tinggi ujung kiri (Ian ujung kanan, ditinjau terhadap suatu bidang acuan sebarang, berturut-turut adalah h, dan h2. Umpamakan laju fluida pada ujung kiri adalah v1 lajunya pada ujung kanan v2. Karena A1 <> v?. Umpamakan bahwa dalam waktu t ujung kiri Y sistem bergerak ke kanan se jauh bagian yang diraster gelap pada
Gambar 5.31a. Karena laju fluida itu vl, pan¬jang bagian sistem yang bergerak ke kanan dalam waktu t itu adalah vlt. Volum bagian itu adalah Vl = v1tA1. Jika massa jenis fluida adalah, massa bagian yang bergerak dalam waktu t adalah ml = pv1tA1.

Selama waktu t itu ujung kanan sistem (Q) bergerak ke kanan sejauh v2t, dengan volum sebesar V2 = v2tA2. Massanya adalah m2 = pv2tA2. Menurut persamaan (5.12a), v1A1 = v2A2. Ini berati bahwa v1tA1 = vZtA2, atau pv1tA1 = pv2tA2, dan massa ml = m2 = m = pv1tA1 = pv2tA2. Ini berarti bahwa:

Misalkan bahwa tekanan di ujung kiri adalah pl, dan tekanan di ujung kanan adalah p2. Gaya pada ujung kiri adalah Fl = p1A1, pada ujung kanan adalah F2 = p2A2. Karena laju dan ketinggian bagian fluida yang ditin¬jau berubah, maka terjadi perubahan energi kinetik dan energi potensial. Namakan per¬ubahan energi kinetik bagian fluida itu ΔEk, dan perubahan energi potensialnya ΔEp. Menurut hukum kekekalan energi mekanik, perubahan energi ini sama dengan usaha yang dilakukan. Jika usaha yang dilakukan itu disebut s, W, maka:

Usaha yang dilakukan dapat dipandang terdiri dari dua bagian; yaitu usaha yang dilakukan terhadap sistem oleh gaya F1 pada gambar, dan usaha yang dilakukan oleh sistem dengan gaya F2 pada gambar. Usaha terhadap sistem bernilai positif, dan usaha oleh sistem bernilai negatif. Dengan demikian usaha OW = FI x vlt – F2 x v, t = plAlvlt - p2A2v2t. Perubahan energi kinetik bagian flui¬da yang, ditinjau adalah AEk = ½ mv22 – ½mvl2. Perubahan energi potensial AE = mg(h2 - hl). Dengan demikian persamaan (ii) dapat ditulis menjadi:

Dengan mensubstitusikan (i) pada per¬samaan (iii) diperoleh:

Dengan menghilangkan m dan mengatur diperoleh:
p1 + ρgh1 + ½pv12 =p2 + ρgh2 + ½pv22 (5.13)
Ada beberapa hal "istimewa" untuk per¬samaan ini. Yang pertama ialah dalam hal fluida itu tak bergerak. Dalam hal yang demikian vl = v2 = 0. Persamaan (5.13) men¬jadi:
p, -p2 = ρg(hl - h2)
Persamaan ini adalah bentuk lain persamaan (5.6) yang menyatakan tekanan hdirostatik di dalam zat cair.
Yang kedua ialah dalam hal fluida bergerak, tetapi tidak ada perbedaan tinggi antara bagian-bagian fluida. Dalam hal yang demikian persamaan (5.13) dapat ditulis menjadi:

Ini berarti bahwa di tempat yang lajunya besar tekanannya kecil dan sebaliknya, seperti yang sudah dikemukakan di atas.

Suatu penerapan sederhana persamaan Bernoulli ini adalah sebagai berikut. Gambar 5.32 memperlihatkan sebuah bejana ¬berukuran besar dengan sebuah pancuran kecil di bagian bawahnya. Di dalam bejana terdapat zat cair. Bila kedalaman zat cair ti¬dak seberapa besar, tekanan di dalam zat cair di mana-mana kira-kira sama dengan tekanan atmosfer. Jadi dalam hal ini pl = p. Bila lubang pancuran sangat kecil dibandingkan dengan garis tengah bejana, laju aliran zat cair di bagian atas bejana dapat dianggap 0. Misalkan laju zat cair keluar dari lubang pan¬curan adalah v dan kedalaman zat cair adalah h. Persamaan (5.13) dapat ditulis menjadi:

Menurut persamaan (5.12), debit R = vA, dengan A adalah luas penampang aliran. Jika demikian, maka:

Sebagai contoh, jika tinggi air adalah 2,0 m dan luas penampang pancuran 0,50 cm2, maka debit air yang keluar dari pancuran kira-kira














DAFTAR PUSTAKA

Surya Yohanes dkk. 1999. Fisika 2 Program Inti SMA Kelas II. Jakarta: Intan
Pariwara.
Nyoman Kertiasa. 1996. Fisika 1 untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka

PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN TERPADU



A. PENDAHULUAN
Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara integrasi untuk memberikan pemahaman yang bermakna kepada siswa. Sebagai suatu model pembelajaran, dalam penerapannya di sekolah, khususnya sekolah dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, guru atau tim guru perlu melakukan perancangan pembelajaran terpadu yang didasarkan atas pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Dalam menanamkan konsep pengetahuan atau keterampilan, siswa tidak di drill, tetapi diarahkan untuk belajar melalui pengalaman langsung (direct experience) dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang telah dipahami, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Perancangan yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran terpadu.
Pada makalah ini, akan disampaikan pemahaman mengenai perancangan pembelajaran terpadu. Setelah mempelajari makalah ini pembaca diharapkan dapat membuat rancangan pembelajaran terpadu disekolah dasar berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang teoat. Secara lebih khusus, setelah mempelajari makalah ini Pembaca dapat:
1. Menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar.
2. memilih tema-tema pemersatu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu.
3. Memetakan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu pembelajaran terpadu.
4. Menyusun silabus pembelajaran terpadu berdasarkan hasil pemetaan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan pema pemersatu.
5. Menyusun satuan pembelajaran terpadu berdasarkan silabus yang telah dikembangkan.


B. Tahapan Penyusunan Rencana Pembelajaran Terpadu
B. 1 Perancangan Pembelajaran Terpadu
Pelaksanaan pembelajaran dengan menetapkan model pembelajaran terpadu di sekolah dasar sebagai sesuatu yang relatif baru dalam implementasi kurikulum di Indonesia, harus didukung oleh kemampuan dan kesiapan guru yang opyimal dan berbagai perangkat alat dan media yang memadai. Selain itu, juga menuntut adanya kreatifitas atau inovasi guru.
Idealnya, model pembelajaran terpadu ini bertolak dan dikembangkan dari kurikulum yang sudah terpadu. Namun,, dalam pendidikan di Indonesia, biasanya kurikulum itu sudah dikembangkan ke dalam berbagai mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Mengingat kondisi seperti itu, maka hal yang pertama yang terpisah satu sama lainnya. Mengingat kondisinya seperti itu, maka hal yang pertama yang perlu mendapat perhatian guru dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan meetapkan kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebab guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indikator tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Ketentuan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tingkat sekolah dasar yaitu dengan adanya penerapan sistem guru kelas, di mana dengan pengalamannya mengajarkan seluruh mata pelajaran, guru bisa lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indikator antar-matapelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu diupayakan adanaya penyediaan interaksi pembelajaran yang dapat meningkatkan proses belajar siswa secara menyeluruh melalui kegiatan penghubungan gagasan/konsep pada suatu mata pelajaran lainnya. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu ini sangat ditentukan oleh bagaimana guru mampu menyusun perancangan dan skenario pembelajaran yang tepat dan dikemas dengan memperhatikan karakteristik siswa.
Dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan. Silahkan cermati bagan alur langkah-langkah perancangan pembelajaran terpadu berikut!

















Berdasarkan bagan di atas, penyusunan perancangan pembelajaran terpadu dapat dimulai dari penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi-kompetensi dasar dalam setiap mata pelajaran berikut hasil belajar dan indikator-indikator pencapaiannya. Selanjutnya, menetapkan tema yang dapat digunakan untuk memadukan kompetensi dasar antara mata pelajaran serta membuat bagan/matriks keterhubungan. Langkah-langkah berikutnya, guru dapat memulai penyusunan silabus dan satuan pembelajaran terpadu.
1. Penetapan Mata Pelajaran
Langkah ini sebaiknya dilakukan setelah membuat peta kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar denga maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
2. Penetapan Kompetensi dasar
Pada tahap ini diakukan identifikasi kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yag sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu
3. Penetapan hasil belajar dan Indikator
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari dan menetapkan hasil belajar dari setiap mata pelajaran sehigga dapat diketahui materi pokok yang bisa dibahas secara terpadu. Untuk itu, harus dipahami dan menggunakan kurikulum yang berlaku, seperti yang tampak pada contoh berikut, yaitu untuk Kelas 2 semester 1.
Tabel. 1 Hasil Belajar
Bahasa
Indonesia Matematika Pengetahuan Kerajinan Tangan dan Kesenian
Mendeskripsikan binatang secara rinci sesuai dengan ciri-cirinya menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat. Membilang bilangan

Membandingkan bilangan Mengidentifikasi bagian-bagian utama tubuh hewan dan kegunaannya Mengkomunikasikan gagasan-gagasan imajinatif hasil pengamatan benda-benda di alam sekitar

Berdasarkan kompetensi dan indikator hasil belajar, diperoleh gambaran materi yang harus disiapkan guru sebagai berikut.
Bahasa
Indonesia Matematika Pengetahuan Kerajinan Tangan dan Kesenian
Gambar tentang binatang di sekitar Urutan bilangan Bagian-bagian tubuh hewan Berbagai objek benda alam yang memiliki unsur rupa dua dan tiga dimensi


4. Penetapan Tema
Setelah ketiga tahap di atas dilakukan, selanjutnya ditetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang akan dipadukan dengan jenjang kelas dan semester yang sama. Dalam pembelajaran terpadu peran tema ini sangat penting terutama untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif yang dapat diwujudkan antara lain dalam beberapa hal berikut:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar bisa dikembangkan secara lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran satu dengan pelajaran lainnya dan pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata untuk mengambangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif,misalnya bertanya, berdiskusi, bercerita, bermain peran, menulis deskripsi dan sebagainya.
g. Guru dapat menghemat waktu karena matapelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dalam dua atau tiga kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan (enrichment).
Dalam mengembangkan tema-tema pembelajaran terpadu disekolah dasar terdapat sejumlah aspek yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
1. Tema yang dipilih memungkinkan terjadinya proses berfikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
2. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat dan kemapuannya.
3. Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dari hal-hal termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju hal yang kompleks, dan dari hal yang konkrit menuju hal yang abstrak.
Beberapa contoh tema yang bisa dipertimbangkan pengembangannya di sekolah dasar di antaranya:
Tabel 2. contoh tema
- Diri sendiri
- Keluarga
- Pengalaman
- Lingkungan
- Kebersihan dan kesehatan
- Budi pekerti
- Tempat umum
- Kegiatan sehari-hari
- Peristiwa alam
- Kegemaran
- Kesehatan
- Permainan
- Kesenian - Permainan
- Alat komunikasi
- Transportasi
- Hewan dan tumbuhan
- Hiburan
- Rekreasi
- Kegiatan
- Kerajinan tangan
- Olahraga
- Keperluan
- Binatang
- Makanan
- Pahlawan dll

Sebenarnya kita bisa menetapkan sendiri tema-tema yang bisa dibahas dalam pembelajaran terpadu, asalkan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagaimana telah diuraikan di atas.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema yang dalam percakapan umum sering disebut topik yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkret lagi. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu ”pembicaraan” sebagai materi pembelajarannya. Materi pembelajaran tersebut bila berupa karangan biasanya diberi nama atau judul. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini:








Dengan demikian, dalam menentukan tema sebagai landas tumpu pembelajaran terpadu, guru dapat melakukan langkah-langkah: 1) menetapkan tema, 2) mengembangkan tema, 3) memilih atau menetapkan anak tema, 4) mengembangkan anak tema manjadi materi.bahan ajar yang akan dibicarakan di kelas baik dalam bentuk wacana, dialog, atau bentuk lainnya.

5. Pemetaan keterhubungan Kompetensi Dasar dengan tema pemersatu.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan/matrik jaringan topik yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap matapelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini akan tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus dicapai siswa berikut indikator.











Dari bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan secara lebih rinci dengan hasil belajar dan indikatornya sebagaimana terlihat dalam contoh matrik berikut:


Tabel 3 Keterhubungan hasil belajar dengan indikatornya
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Hasil Belajar Indikator
Bahasa Indonesia Mendeskripsikan binatang di sekitar Mendeskripsikan binatang sekitar secara rinci sesuai dengan ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat - Menirukan gerak dan suara binatang tertentu
- Menjelaskan ciri-ciri binatang secara rinci (nama, ciri, khas, suaranya, dimana dia hidup) dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut
- Membaca dan melengkapi teks pendek yang dilengkapi
Pengetahuan Alam Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan disekitar rumah dan sekolah Mendefinisikan bagian-bagian utama tubuh hewan dan kegunaannya - Membuat daftar bagian-bagian utama tubuh hewan (kucing, burung, ikan) dan kegunaannya dari hasil pengamatan
- Menirukan berbagai suara hewan yang ada di lingkungan sekitar.
- Menggambar sederhana hewan yang diamati bagian-bagian utama tubuh hewan
- Menceritakan cara hewan bergerak berdasarkan penggunaannya
Matematika Memahami konsep urutan bilangan cacah Membilang bilangan dan membandingkan bilangan - Menyebutkan banyaknya benda
- Membaca dan menulis lambang bilangan dalam kata dan angka
- Menentukan bahwa kumpulan benda lebih banyak, lebih sedikit atau sama dengan kumpulan lain.
Kerajinan Tangan dan Kesenian Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna, bentuk Mengomunikasikan gagasan imajinasi hasil pengamatan benda-benda di alam sekitar - megungkapkan perasaan keterkaitan pada objek yang diamati dari berbagai unsur rupa dan perpaduannya




6. Penyusunan Silabus dan Satuan Pembelajaran Terpadu
Pada tahap keenam ini, hasil seluruh proses yang telah dilaksanakan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtiar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran terpadu. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
7. Penyusunan Satuan Pembelajaran Terpadu
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran terpadu di kelas perlu disusun suatu satuan pembelajaran terpadu. Penyusunan satuan pembelajaran terpadu merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponen satuan pembelajaran terpadu meliputi:
a. Identitas mata pelajaran
b. Kompetensi yang hendak dicapai
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar
d. Strategi pembelajaran
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar
f. Penilaian dan tindak lanjut
g. Sumber dan bahan
C. Penyusunan Silabus dan Satuan Pembelajaran Pembelajaran
C 1. Pengambangan Silabus Pembelajaran Terpadu
Istilah silabus dalam hal ini dapat diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran terpadu. Silabus digunakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Pegembangan silabus dalam pembelajaran terpadu merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan kurikulum yang bermanfaat sebagai pedoman dalam penyusunan satuan pembelajaran terpadu.
Prinsip yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu yaitu :
1. Disusun berdasarkan prisip ilmiah
2. Ruang lingkup dan urutan penyajian materi pembelajaran daam silabus
3. Penyusunan silabus dilakukan secara sistematis
4. Silabus disusun berdasarkan baga/matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu yang telah dikembangkan
5. Dalam memilih aktivitas belajar siswa, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetesi dasar dan tema pemersatu
6. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran terpadu disusun dalam silabus tersendiri
Sesuai dengan prinsip yang tertera dalam pion c di atas, silabus pembelajaran terpadu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem, di mana komponen-komponen yang ada di dalamnya saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang teah ditetapkan.
Untuk lebih jelasnya mengenai komponen-komponen tersebut sebagai berikut :
1. Identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan
Tuliskan dengan jelas nama-nama mata pelajaran yang akan dipadukan, ditujukan untuk kelas berapa, dan pada semester mana
2. Penentuan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator
Kompetensi dasar berisi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing pembelajaran. Kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator ini sudah ditulis dalam buku standar kompetensi per mata pelajaran
3. Penentuan materi pokok
Materi pokok berisi mengenai pokok bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Sebenarnya, materi pokok ini juga sudah ditetapkan secara nasional dan tertulis dalam buku standar kompetensi. Cara penulisannya jika kompetensi dasa dirumuskan dalam bentuk kata kerja, maka materi pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan.



Tabel 4. Penentuan materi pokok
Kompetensi Dasar Materi Pembelaran
• Mendengarkan dongeng binatang (Bahasa Indonesia) • Dongeng Binatang
• Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah (Pengetahuan Alam) • Bagian-bagian tubuh hewan
• Memahami konsep urutan bilangan cacah (Matematika) • Urutan bilangan cacah
• Dsb • Dsb

Dalam penentuan materi pembelajaran terpadu perlu diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur.
Hal ini akan bepengaruh terhadap strategi pembelajaran, alat, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
4. Penentuan alternatif strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran dalam hal ini dimaksudkan sebagai prosedur umum kegiatan pembelajaran terpadu yang akan dilaksanakan, baik yang menyangkut kegiaan tatap muka maupun pengalaman belajar non tatap muka. Kegiatan tatap muka dilakukan dengan mengembangkan interaksi langsung antara guru dan siswa, misalnya dalam bentuk penjelasan melalui metode ceramah, diskusi, kuis, dsb. Pengalaman belajar non tatap muka dilakukan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bukan berbentuk interaksi guru-siswa, tetapi berupa interaksi siswa dengan objek dan atau sumber belajar lain untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar, bentukya berupa kegiatan mendemonstrasikan, mempraktikan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menemukan, mengamati, menelaah, dan kegiatan sejenisnya. Strategi pembelajaran yang perlu dituliskan dalam silabus harus berupa alternatif-alternatif kegiatan.

5. Penentuan alokasi waktu
Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap pengembangan silabus dengan maksud untuk memperkirakan jumlah jam pelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan pembalajaran terpadu. Guru harus mampu memperkirakan berapa lama siswa dapat mempelajari materi pelajaran yang ditentukan. Dalam penentuan alokasi waktu ini guru perlu mempertimbangkan tingkat kesulitan, ruang lingkup atau cakupan, serta tingkat pentingnya materi pelajaran yang dipelajari. Pertimbangkan pula, apakah penyajian materi itu bisa dilakukan guru secara langsung di dalam kelas atau memerlukan kunjungan ke objek-objek tertentu di luar kelas.
Dalam mengalokasikan waktu guru memperhatika alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap semester. Dalam kerangka Dasar Kurikulum 2006, minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah sekitar 36 minggu. Untuk kelas awal sekolah dasar (kelas 1 dan 2) alokasi waktu total yang disediakan adalah 30-31 jam pelajaran per minggu, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 3 – 6) alokasi waktu total yang disediakan adalah 32 jam untuk kelas 3 dan 36 jam untuk kelas 4, 5 dan 6 perminggu. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit (kelas awal) dan 40 menit (kelas tinggi). Khusus untuk kelas awal, alokasi waktu sebanyak 30-31 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan bobot berkisar: a) 15% untuk agama, b) 50% untuk membaca menulis permulaan serta berhitung, dan c) 35% untuk pengetahuan alam, pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial, Kerajinan tagan dan kesenian, dan Pendidikan Jasmani. Berdasarkan hal tersebut, Anda memulai mengatur pendistribusian kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam silabus pemerolehan terpadu untuk setiap semester beserta waktu yang dibutuhkannya dengan tetap berpedoman pada ketentua tentang pengalokasian waktu di atas.
Komponen-komponen silabus sebagaimana telah diuraikan di atas, perlu disusun dalam bentuk format untuk silabus pembelajaran terpadu bisa disusun dalam bentuk naratif maupun matriks. Namun untuk memudahkan dalam melihat keterkaitan antar mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya, silabus disarankan disusun dalam format matrik untuk masing-masing tema yang telah ditetapkan. Coba perhatikan matrik contoh format silabus pembelajaran berikut.
CONTOH FORMAT
SILABUS PEMBELAJARAN TERPADU

Sekolah Dasar : ..........................
Kelas : ..........................
Semester : ..........................
Tema : ..........................

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar, hasil belajar, Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran Alokasi Waktu Sumber Bahan
Tuliskan nama mata pelajaran yang akan dipadukan Tuliskan Kompetensi dasar dan indikator yang dapat dipadukan Tuliskan pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar Kegiatan tatap muka: interaksi langsung antara guru dengan siswa, seperti ceramah, diskusi dll Tuliskan perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi pembelajaran Tuliskan rujukan, refrensi atau literatur yang relevan


C 2. Pengembangan Satuan Pembelajaran Terpadu
Silabus sebagaimana diuraikan di atas merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu yang sifatnya masih global. Bahkan silabus tersebut sebaiknya disusun untuk seluruh mata pelajaran yang bisa dipadukan sebagai program yang harus dicapai selama satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk pegangan untuk jangka waktu yang ebih pendek, guru harus membuat program yang disebut satuan pembelajaran terpadu. Satuan pembelajaran terpadu ini merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana peyampaian satuan pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu tema pembelajaran terpadu yang akan dibahas.
Isi dalam alokasi waktu setiap satuan pembelajaran terpasu ini bergantung pada luas dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang dicakupnya. Misalnya satuan pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam pelajaran, mungkin bisa selesai diajarkan dalam satu kali pertemuan saja. Tetapi pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran perlu disampaikan dalam dua kali pertemuan. Supaya tidak terlalu kaku, tidak perlu membuat satuan pebelajaran terpadu untuk setiap kali pertemuan secara terpisah-pisah, namun bisa diatur untuk satuan pembelajaran terpadu misalnya mencakup materi pembelajaran untuk 3 – 4 kali pertemuan.
Komponen-komponen satuan pembelajaran terpadu ini lebih rinci dan lebih spesifik dibandingkan dengan komponen-komponen dalam silabus. Bentuk satuan pembelajaran terpadu yang dikembangkan bisa saja berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya harus sama. Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam satuan pembelajaran terpadu meliputi:
a. Identitas mata pelajaran
b. Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan
c. Pokok-pokok materi yang akan disajikan
d. Kegiatan belajar engajar yang akan dilaksanakan
e. Alat, media dan sumber bahan yang digunakan
f. Cara penilaian yang akan ditempuh dilengkapi dengan alat evaluasi.

Berikut contoh format satuan pembelajaran terpadu:
CONTOH FORMAT
SATUAN PEMBELAJARAN TERPADU

Mata Pelajaran : 1. .................................
2. .................................
3. .................................

Sekolah Dasar : .....................................
Kelas/Semester : ............/........................
Alokasi Waktu : ...............x pertemuan (@........menit

A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Tuliskan kompetensi dasar dan indikator yang dapat dipadukan yang hendak dicapai atau dijadikan tujuan. Tuliskan juga nomor komposisi dasarnya.

B. MATERI PEMBELAJARAN
Tuliskan materi pokok (beserta uraian singkat) yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tuliskan strategi pembelajaran berupa kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan dan pengalaman tatap muka dan pengalaman belajar non-tatap muka.


D. ALAT, MEDIA, DAN SUMBER
Tuliskan berbagai alat dan media evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, serta sumber bahan/rujukan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Gunakan cara penulisan yag sudah baku, tuliskan juga bagian/bab dan halamannya.

E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tuliskan prosedur, jenis, bentuk dan alat/instrumen yang digunakan untuk memulai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian.


DAFTARPUSTAKA

Sa’ud Udin dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung: Upi Press.

Sabtu, 26 September 2009

Model Pembelajaran Tematik merupakan Terapan dari Model Pembelajaran Terpadu


Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan . Dengan demikian pembelajaran tematik dapat dikatakan sebagai pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu adalah, suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang senada/over laping, kemudian dikemas menjadi tema yang akan dibahas dalam suatu pembelajaran. Ada banyak macam pembelajaran terpadu, namun ada tiga yang dominan yaitu terpadu model keterhubungan (connected), terpada model jaring laba- laba (webbed) dan terpadu model terintegrasi (intergratedi).

Dalam pembelajaran tema atau terpadu, siswa diajak membahas satu tema yang dikembangkan dari/ ke berbagai macam bidang studi. Siswa lebih sering diajak turun langsung ke lapangan. Tidak dituntut memiliki referensi khusus tetapi bebas memilih referensi yang cocok untuk tema yang bersangkutan .

Selain ragam dan macam strategi pembelajaran di atas terdapat lagi pembedaan strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Pendekatan deduktif dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pada abad pertengahan, sistem induktif ini disebut juga sebagai dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja tanpa berpikir rasional.

Pendekatan deduktif dapat disederhanakan pembelajaran dari hal-hal umum menuju hal hal khusus. Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif dijelaskan sebagai berikut.

a. Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.

b. Kedua, guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.

c. Ketiga, guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.

d. Keempat, guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah terdahulu.

e. Kelima, menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke umum. Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut.

a. Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.

b. Kedua, guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya.

c. Ketiga, guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok

d. Keempat, guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.

Rabu, 23 September 2009

PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


ismet_unila@yahoo.com

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pemerolehan bahasa anak adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal. Dalam perkembangannya pemerolehan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat Penting bagi seorang guru untuk mempelajari pemerolehan perkembangan bahasa anak dengan alasan sebagai berikut:

1. pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah dasar terutama siswa di kelas rendah.

2. karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.

3. siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.

II. Tujuan

Atas dasar latar belakang diatas tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai calon guru dapat memahami pemerolehan dan perkembangan bahasa anak sebagai dasar pembelajaran bahasa di sekolah dasar kelas rendah. Secara khusus kita sebagai calon guru diharapkan dapat:

1. menjelaskan hubungan psikologilinguistik dengan pemerolehan dan perkembangan bahasa,

2. menerangkan pemerolehan bahasa pertama dan kedua,

3. memahami ragam pemerolehan bahasa dan strategi pemerolehan bahasa

4. memahami perkembangan bahasa anak.

Agar kita sebagai calon pendidik berhasil mempelajari bahan mandiri yang kami susun, maka bacalah materi yang terdapat dalam makalah ini dan simak dengan baik presentasi yang akan kami sampaikan.


BAB II PEMBAHASAN

PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


I. Psikolinguistik dan Teori Pemerolehan Bahasa Anak

Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia (Levelt, 1975). Menurut levelt ada 3 bidang kajian utama psikolinguistik, yaitu:

Psikolinguistik umum merupakan studi tentang bagaimana pengamatan/persepsi orang dewasa terhadap bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa. Ada dua cara dalam persepsi dan produksi persepsi bahasa ini, yakni: secara auditif dan visual. Persepsi bahasa secara auditif adalah mendengarkan dan persepsi bahasa secara visual adalah membaca. Dalam produksi bahasa kegiatannya adalah berbicara (auditif) dan menulis (visual).

Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua. Dalam hal ini dibahas persoalan-persoalan apa yang dialami seorang anak yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau bagaimana seorang anak memperoleh bahasa pertamanya.

Psikolinguistik terapan merupakan aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa maupun anak-anak, contoh: membahas tentang pengaruh perubahan ejaan terhadap persepsi kita mengenai ciri visual dari kata-kata, kesukaran-kesukaran pengucapan, program membaca dan menulis permulaan dan bantuan /pengajaran bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa.

Psikolinguistik dan pengajaran bahasa memang tidak dapat dipisahkan, karena fokus atau tumpuan psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa, di samping pembelajaran bahasa dan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu masalah-masalah dalam pengajaran bahasa, seperti masalah metode serta kesulitan membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar telah banyak dicoba untuk dipecahkan dalam kajian-kajian psikolinguistik.

Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa bahasa ibunya. Proses-proses ketika anak sedang memperoleh bahasa ibunya terdiri dari dua aspek: pertama aspek performance yang terdiri dari aspek-aspek pemahaman dan pelahiran, kedua aspek kompetensi. Proses-proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau kemampuan mempersepsikan kalimat-kalimat yang didengar sedangkan proses pelahiran melibatkan kemampuan melahirkan atau mengucapkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua kemampuan ini apabila telah betul-betul dikuasai seorang anak akan menjadi kemampuan linguistiknya.

Berdasarkan pengamatan dan kajian para ahli bahasa dapat disimpulkan bahwa manusia telah dilengkapi sesuatu yang khusus dan secara alamiah untuk dapat berbahasa dengan cepat dan mudah. Miller dan Chomsky (1957) menyebutkan LAD (language acquisition device) yang intinya bahwa setiap anak telah memiliki LAD yang dibawa sejak lahir.

II. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Kedua

1. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa pertama (B1) sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh ‘kategori-kategori kognitif’ yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan bahasa pertama (PB1).

Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk ata struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.

Gracia (dalam, Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai tahap pertama perkembangan bahas formal. Untuk perkembangan berikutnya kemampuan anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak akan menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.

Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (Mc Graw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.

Lenneberg seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa khusus untuk manusia. Bukti yang memperkuat pendapatnya itu, antara lain:

a) Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia bagian otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.

b) Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.

c) Bahasa tidak dapat diajarkan kepada mahluk lain.

d) Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan sintaksis yang universal.

Steinberg (1990) seorang ahli psikolinguistik , menjelaskan perihal hubungan bahasa dan pikiran. Menurutnya sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit-demi sedikit apabila ada rangsangan lingkungan sekitarnya sebagai masukan atau input. Input ini berupa apa yang didengar, dilihat dan apa yang disentuh anak yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang mereka alami. Lama-kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila pikiran telah berbentuk dengan sempurna dan apabila masukan bahasa dialami secara serentak dengan benda, peristiwa, dan keadaan maka barulah bahasa mulai dipelajari.

Walaupun masih terdapat perbedaan tentang teori pemerolehan bahasa anak, tetapi kita semua meyakini bahwa bahasa merupakan media yang dapat dipergunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain yang hidup di masyarakat. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Agar anak dapat disebut menguasai bahasa pertama ada beberapa unsur penting yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, yaitu pemahaman tentang waktu, ruang, modalitas, sebab akibat yang merupakan bagian penting dalam perkembangan kognitif penguasaan bahasa ibu seorang anak.

o Strategi Pemerolehan Bahasa Pertama

Anak-anak proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah meniru/imitasi. Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa dengan berpedoman pada: tirulah apa yang dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan anak terus, meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa strategi tiruan atau strategi imitasi ini akan menimbulkan masalah besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi adalah mengatakan sesuatu yang sama seperti yang dikatakan orang lain. Akan tetapi ada banyak pertanyaan yang harus dijawab berkenaan dengan hal ini.

Ada berbagai ragam peniruan atau imitasi, yaitu imitasi spontan atau spontaneous imitation, imitasi pemerolehan atau elicited imitation, imitasi segera atau immediate imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan imitasi dengan perluasan atau imitation with expansion, reduced imitation.

Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh. Produktivitas adalah ciri utama bahasa. Dengan satu kata seorang anak dapat “bercerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna bergantung pada situasi dan intonasi.

Strategi ketiga adalah strategi umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.

Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman, “Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa” (hindarkan kekecualian, prinsip khusus: seperti kata; berajar menjadi belajar).

2. Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu. Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.

Terdapat perbedaan dalam proses belajar bahasa pertama dan bahasa kedua. Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:

v Belajar tidak disengaja

v Berlangsung sejak lahir

v Lingkungan keluarga sangat menentukan

v Motivasi ada karena kebutuhan

v Banyak waktu untuk mencoba bahasa

v Banyak kesempatan untuk berkomunikasi.

Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:

v Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah

v Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah

v Lingkungan sekolah sangat menentukan

v Pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.

v Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua

v Ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.


o Strategi Belajar Bahasa Kedua

Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua perlu diperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:

a. Strategi perencanaan dan belajar positif.

b. Strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang lain.

c. Strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.

d. Strategi formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses belajar ini formal/terstruktruktur sebab pendidikan yang sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.

e. Strategi eksperimental; tidak ada salahnya jika anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan belajar siswa anda.

f. Strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan berbagai cara, misalnya permainan (contoh teka-teki); permainan dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.

g. Strategi praktis; pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan apa yang telah didapatkan dalam belajar bahasa, anda sendiri harus dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.

h. Strategi komnikasi; tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata meskipun tanpa pantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang memancing mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.

i. Strategi monitor; siswa dapat saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajan mereka.

j. Strategi internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.

Selanjutnya Rubin (dalam Stern, 1983) menyebutkan ciri-ciri pelajar yang baik ketika melakukan proses belajar bahasa:

a. Ia mau dan menjadi seorang penerka yang baik (dapat menerka bentuk yang gramatikal dan yang tidak gramatikal)

b. Suka berkomunikasi

c. Kadang-kadang tidak malu terhadap kesalahan dan siap memperbaikinya; belajar setelah berbuat salah

d. Suka mengikuti perkembangan bahasa

e. Praktis, tidak terlalu teoritis

f. Mengikuti ujarannya dan membandingkan dengan ujaran yang baku, ini baik untuk pelafalan

g. Mengikuti perubahan makna sesuai kontes sosial.

III. Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Piaget dan Vygotsy (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

1) Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama(0,0-0,5)

Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa.

Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak berusia 0-5 bulan. Pembagian kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak berlaku percis seperti anak. Berikut adalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-6 bulan berdasaran hasil penelitian beberapa ahli yang dikutip oleh Clark (1977).

a. 0-2 minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka ke arah suara. Mereka sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya, seperti bel, bunyi gemerutuk, dan peluit. Mereka akan berhenti menangis jika mendengar orang berbicara.

b. 1-2 bulan: mereka dapat membedakan suku kata, seperti (bu) dan (pa), mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia.

c. 3-4 bulan: mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan.

d. 6 bulan: mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini mereka mulai meraban (mengoceh) dengan suara melodis.

Pada tahap ini perkembangan yang mencolok adalah perkembangan comprehension (komprehensi) artinya penggunaan bahasa secara pasif (Marat: 1983).

Komprehensi merupakan elemen bahasa yang dikuasai terlebih dahulu oleh anak sebelum anak bisa memproduksi apapun yang bermakna. Menurut Altmann (dalam Dardjowidjojo, 2000) bahwa sejak bayi berumur 7 bulan dalam kandungan, seorang bayi telah memiliki sistem pendengaran yang telah berfungsi. Pada hakikatnya komprehensi adalah proses interaktif yang melibatkan berbagai koalisi antara 5 faktor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, konteks sosial, informasi leksikal dan prosodi.

Walaupun bahasa itu tidak diturunkan manusia tetapi manusia memiliki kemampuan kognitif dan kapasitas linguistik tertentu dan juga kapasitas untuk belajar (Marat: 1983). Dalam hal ini sekali lagi peran orang tua, eluarga, lingkungan, bahkan pengasuh anak sangat diperlukan dalam proses pengembangan bahasa secara optimal.

2) Tahap Meraban Kedua (0,5-1,0)

Tahap ini anak mulai aktif artinya tidak sepasif sewaktu ia berada pada tahap meraban pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif memulai komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka lakukan pada tahap ini.

® 5-6 bulan

Dari segi komprehensi kemampuan bahasa anak semakin baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa makna kata, misal: nama, larangan, perintah dan ajakan. Hal ini menunjukkan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang dewasa. Disamping itu bayi sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti mengangkat benda dan secara spontan memperlihatkannya kepada orang lain (Clark: 1997).

Menurut tarigan (1985) tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Ciri-ciri lain yang menarik selain yang disebutkan tadi adalah: ocehan, seringkali dihasilkan dengan intonasi, kadang-kadang dengan tekanan menurun yang ada hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Pada saat si anak mulai aktif mengoceh orang tua juga harus rajin merespon suara dan gerak isyarat anak. Menurut Tarigan (1985), orangtua harus mengumpan balik auditori untuk memelihara vokalisasi ana, maksudnya adalah agar anak tetap aktif meraban. Sebagai langkah awal latihan ialah mengucapkan kata-kata yang bermakna.

® 7-8 bulan

Pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal baru bagi anaknya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang. Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti menunjuk. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena ibu ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik (Clark, 1997).

Kemampuan anak untuk merespon apa yang dikenalkan secara berulang-ulang pun semakin baik, misal: melambaikan tangan ketika ayahnya pergi, bertepu tangan, dan sebagainya.

Seperti halnya anak-anak, orang tua pun akan merasa puas dan gembira jika segala usaha untuk mengajari anaknya akan mendapat respon. Artinya segala usaha orang tua ketika mengatakan sesuatu, menunjukkan atau memperlihatkan sesuatu pada anaknya; mendapat respon si anak karena anak paham dan perkembangan bahasanya sesuai dengan perkembangan usianya.

® 8 bulan s/d 1 tahun

Pada tahap ini anak sudah dapat berinisiatif memulai komunikasi. Ia selalu menarik perhatian orang dewasa, selain mengoceh ia pun pandai menggunakan bahasa isyarat. Misalnya dengan cara menunjuk atau meraih benda-benda.

Pada tahap ini peran orang tua masih sangat besar dalam pemerolehan bahasa pertama anak.orang tua harus lebih aktif merespon ocehan dan gerakan isyarat anak. Karena kalau orang tua tidak memahami apa yang dimaksud anak, anak akan kecewa dan untuk masa berikutnya anak akan pasif dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Menurut Marat (1983) anak pada periode ini dapat mengucapkan beberapa suku kata yang mungkin merupakan reaksi terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan proses mental (kognitif). Dengan kata lain kepandaian anak semakin meningkat. Semakin pandai si ana, pada akhirnya perkembangan meraban kedua telah tercapai. Anak akan mulai belajar mengucapan kata pada periode berikutnya yang disebut periode/tahap linguistik.

3) Tahap Linguistik

Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, yaitu:

· Tahap I, tahap Holofrastik (Tahap Linguistik pertama, 1,0-2,0)

Pada usia 1-2 tahun masuan kebahasan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal: nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraann, dan sebagainya. Faktor-faktor masukan inilah yang memungkinkan anak memperoleh semantik (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat mengucapkannya.

Tahap ini adalah tahap di mana anak sudah mulai mengucapkan satu kata. Menurut Tarigan (1985). Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase/holofrastik karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu. Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun.

Pada tahap ini gerakan fisik sangat menyentuh, menunjuk, mengangkat benda dikombinasikan dengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat, kata pertama yang digunakan bertujuan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam lingkungannya. Satu kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dan lain-lain. Di samping itu menurut Clark (1977) anak berumur 1 tahun menggunakan bahasa isyarat dengan komunikatif. Fungsi gerak isyarat dan kata manfaatnya bagi ana itu sebanding. Dengan kata lain, kata dan gerak itu itu sama pentingnya bagi anak pada tahap holofrasa ini.

· Tahap II, kalimat Dua Kata (2,0-3,0)

Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangakaian yang cepat (Tarigan, 1980). Keterampilan anak pada akhir tahapa ini makin luar biasa. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata yang digunakan untuk itu semua sama seperti perkembangan awal yaitu: sana, sini, itu, lihat, mau, dan minta.

Selain keterampilan mengucapan dua kata, ternyata pada periode ini si anak terampil melontarkan kombinasi antara informasi lama dan baru. Pada periode ini tampak sekali kreativitasznzk. Keterampilan tersebut muncul pada anak dikarenakan makin bertambahnya pembendaharaan kata yang diperoleh dari lingkungannya dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi biologis pada anak.

· Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa (3,0-4,0)

Pada tahap ini perkembangan ana makin luar biasa. Marat (1983) menyebutkan perkembangan ini dengan kalimat lebih dari dua kata dan periode diferensiasi. Tahap ini pada umumnya dialami oleh anak berusia sekitar 2,5 tahun – 5 tahun. Anak mulai sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan mulai aktif memulai percakapan. Fase sebelumnyasampai tahap perkembangan 2 kata anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya. Sedangkan pada tahap ini pergaulan anak makin luas yang berarti menambah pengetahuandan menambah perbendaharaan kata.

Menurut Marat (1983) ada beberapa keterampilan mencolok yang dikuasai anak pada tahap ini:

a. Pada akhir periode ini secara garis besar ana telah menguasai bahasa ibunya, artinya kaidah-kaidah tata bahasa yang utama dari orang dewasa telah dikuasai.

b. Perbendaharaan kata berkembang, beberapa pengertian abstrak seperti: pengertian waktu, ruang, dan jumlah yang diinginkan mulai muncul.

c. Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh: makan, minum,pergi, masak, mandi), kata ganti (aku, saya) dan kata kerja bantu (tidak, bukan, mau, sudah, dsb).

d. Fungsi bahasa untuk berkomunikasi betul-betul mulai berfungsi; anak sudah dapat mengadakan konversasi (percakapan) dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang dewasa.

e. Persepsi anak dan pengalamannya tentang tentang dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain,dengan cara memberian kritik, bertanya, menyuruh, memberi tahu, dan lain-lain.

f. Tumbuhnya kreativitas anak dalam pembentukan kata-kata baru. Gejala ini merupakan cara anak untuk mempelajari perkataan baru dengan cara bermain-main. Hal ini terjadi karena memang daya fantasi anak pada tahap ini sedang berkembang pesat.

· Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa/Pradewasa (4,0-5,0)

Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana seperti di bawah ini:

- mau nonton sambil makan keripi

- mama beli sayur dan kerupuk

- ayo nyanyi dan nari

Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada kalimat pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Kemunculan kalimat-kalimat rumit di atas menandakan adnya peningkatan kemampuan kebebasan anak.

Menurut Clark (1977) pada tahap ini anak masih mengalami kesulitan bagaimana memetakan ide ke dalam bahasa. Maksudnya adalah si anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-kata yang bermakna. Hal ini karena anak memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti: penguasaan struktur tata bahasa, kosa kata dan imbuhan.

· Tahap Linguistik V : Kompetensi Penuh (5,0-)

Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan.

Menurut Tarigan (1988) salah satu perluasan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus mendapat perhatian khusus di sekolah dasar adalah pengembangan baca tulis (melek huruf). Perkembangan baca tulis anak akan memanjang serta memperluas pengungkapan maksud-maksud pribadi si anak, misal melalui penulisan catatan harian, menulis surat, jadwal harian dsb. Dengan demikian perkembangan baca tulis di sekolah dasar memberikan cara-cara yang mantap menggunakan bahasa dalam komunikasi dengan orang lain dan juga dengan dirinya sendiri.

Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada usia remaja, terjadi perkembangan bahasa yang penting. Periode ini menurut Gielson (1985) merupakan unsur yang sensitif untuk belajar bahasa. Remaja menggunakan gaya bahasa yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri. Akhirnya pada usia dewasa terjadi perbedaan-perebedaan yang sangat besar antara individu yang satu dengan yang lain dalam hal perkembangan bahasanya. Hal ini bergantung pada tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat dan jenis pekerjaan.


BAB II KESIMPULAN

A. RANGKUMAN

Psikologi linguistik adalah ilmu yang mempelajari mengenai penggunaan bahasa dan cara pemerolehan bahasa pada manusia. Terdapat tiga bidang kajian utama psikologi linguistik yaitu psikolinguistik umum, psikolingustik perkembangan dan psikolinguistik terapan. Psikolinguistik merupakan urat nadi pengajaran bahasa. Psikolingusitik dan pengajaran bahasa tidak dapat dipisahkan, karena focus atau tumpuan psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa, disamping pembelajaran bahasa dan pengajaran bahasa. Focus kajian psikolingustik yaitu pemerolehan, pengajaran dan pembelajaran bahasa. Ketiga aspek tersebut berkaitan satu sama lain. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlaku di dalam otak seseorang anak ketika memperoleh bahasanya. Proses pemerolehan terjadi ketika anak sedang memperoleh bahasa terdiri dari dua aspek: pertama aspek performance yang terdiri dari aspek-aspek pemahaman dan pelahiran. Kedua aspek kompetensi (kemampuan linguistik). Kemampuan bahasa anak terdiri dari tiga bagian yaitu: kemampuan fonologi, semanti dan kalimat. Ketiga bagian ini diperoleh anaki secara serettak atau bersamaan.

Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya .Pemerolehan bahasa anak dimulai dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga, ini disebut pemerolehan bahasa pertama yang terjadi dalam kehidupan awal anak. Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi, yaitu imitasi, produktivitas, umpan balik dan prinsip oprasi. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa ibu (bahasa pertama).


DAFTAR PUSTAKA

Hartati Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah. Bandung: UPI Pres

Santosa P dkk. 2005. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:

Pusat Penerbitan UT.

Resmini N dkk. 2006 Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Pres.

BLOG PRIBADI ISMET

Alamat: Kota Metro, Lampung
HP/WA: 082186657038
Saling Berbagi Ilmu, melayani Sharing dan bertukar informasi mengenai Karya Ilmiah khusus SD & PAUD, Perangkat Pembelajaran SD (KTSP & Kurikulum 2013) RPP Promes, Prota SILABUS
Silahkan Hubungi No: Di atas
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates