Sabtu, 26 September 2009

Model Pembelajaran Tematik merupakan Terapan dari Model Pembelajaran Terpadu


Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan . Dengan demikian pembelajaran tematik dapat dikatakan sebagai pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu adalah, suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang senada/over laping, kemudian dikemas menjadi tema yang akan dibahas dalam suatu pembelajaran. Ada banyak macam pembelajaran terpadu, namun ada tiga yang dominan yaitu terpadu model keterhubungan (connected), terpada model jaring laba- laba (webbed) dan terpadu model terintegrasi (intergratedi).

Dalam pembelajaran tema atau terpadu, siswa diajak membahas satu tema yang dikembangkan dari/ ke berbagai macam bidang studi. Siswa lebih sering diajak turun langsung ke lapangan. Tidak dituntut memiliki referensi khusus tetapi bebas memilih referensi yang cocok untuk tema yang bersangkutan .

Selain ragam dan macam strategi pembelajaran di atas terdapat lagi pembedaan strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Pendekatan deduktif dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pada abad pertengahan, sistem induktif ini disebut juga sebagai dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja tanpa berpikir rasional.

Pendekatan deduktif dapat disederhanakan pembelajaran dari hal-hal umum menuju hal hal khusus. Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif dijelaskan sebagai berikut.

a. Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.

b. Kedua, guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.

c. Ketiga, guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.

d. Keempat, guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah terdahulu.

e. Kelima, menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke umum. Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut.

a. Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.

b. Kedua, guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya.

c. Ketiga, guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok

d. Keempat, guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.

Rabu, 23 September 2009

PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


ismet_unila@yahoo.com

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pemerolehan bahasa anak adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal. Dalam perkembangannya pemerolehan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat Penting bagi seorang guru untuk mempelajari pemerolehan perkembangan bahasa anak dengan alasan sebagai berikut:

1. pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah dasar terutama siswa di kelas rendah.

2. karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.

3. siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.

II. Tujuan

Atas dasar latar belakang diatas tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai calon guru dapat memahami pemerolehan dan perkembangan bahasa anak sebagai dasar pembelajaran bahasa di sekolah dasar kelas rendah. Secara khusus kita sebagai calon guru diharapkan dapat:

1. menjelaskan hubungan psikologilinguistik dengan pemerolehan dan perkembangan bahasa,

2. menerangkan pemerolehan bahasa pertama dan kedua,

3. memahami ragam pemerolehan bahasa dan strategi pemerolehan bahasa

4. memahami perkembangan bahasa anak.

Agar kita sebagai calon pendidik berhasil mempelajari bahan mandiri yang kami susun, maka bacalah materi yang terdapat dalam makalah ini dan simak dengan baik presentasi yang akan kami sampaikan.


BAB II PEMBAHASAN

PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


I. Psikolinguistik dan Teori Pemerolehan Bahasa Anak

Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia (Levelt, 1975). Menurut levelt ada 3 bidang kajian utama psikolinguistik, yaitu:

Psikolinguistik umum merupakan studi tentang bagaimana pengamatan/persepsi orang dewasa terhadap bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa. Ada dua cara dalam persepsi dan produksi persepsi bahasa ini, yakni: secara auditif dan visual. Persepsi bahasa secara auditif adalah mendengarkan dan persepsi bahasa secara visual adalah membaca. Dalam produksi bahasa kegiatannya adalah berbicara (auditif) dan menulis (visual).

Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua. Dalam hal ini dibahas persoalan-persoalan apa yang dialami seorang anak yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau bagaimana seorang anak memperoleh bahasa pertamanya.

Psikolinguistik terapan merupakan aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa maupun anak-anak, contoh: membahas tentang pengaruh perubahan ejaan terhadap persepsi kita mengenai ciri visual dari kata-kata, kesukaran-kesukaran pengucapan, program membaca dan menulis permulaan dan bantuan /pengajaran bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa.

Psikolinguistik dan pengajaran bahasa memang tidak dapat dipisahkan, karena fokus atau tumpuan psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa, di samping pembelajaran bahasa dan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu masalah-masalah dalam pengajaran bahasa, seperti masalah metode serta kesulitan membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar telah banyak dicoba untuk dipecahkan dalam kajian-kajian psikolinguistik.

Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa bahasa ibunya. Proses-proses ketika anak sedang memperoleh bahasa ibunya terdiri dari dua aspek: pertama aspek performance yang terdiri dari aspek-aspek pemahaman dan pelahiran, kedua aspek kompetensi. Proses-proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau kemampuan mempersepsikan kalimat-kalimat yang didengar sedangkan proses pelahiran melibatkan kemampuan melahirkan atau mengucapkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua kemampuan ini apabila telah betul-betul dikuasai seorang anak akan menjadi kemampuan linguistiknya.

Berdasarkan pengamatan dan kajian para ahli bahasa dapat disimpulkan bahwa manusia telah dilengkapi sesuatu yang khusus dan secara alamiah untuk dapat berbahasa dengan cepat dan mudah. Miller dan Chomsky (1957) menyebutkan LAD (language acquisition device) yang intinya bahwa setiap anak telah memiliki LAD yang dibawa sejak lahir.

II. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Kedua

1. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa pertama (B1) sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh ‘kategori-kategori kognitif’ yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan bahasa pertama (PB1).

Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk ata struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.

Gracia (dalam, Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai tahap pertama perkembangan bahas formal. Untuk perkembangan berikutnya kemampuan anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak akan menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.

Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (Mc Graw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.

Lenneberg seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa khusus untuk manusia. Bukti yang memperkuat pendapatnya itu, antara lain:

a) Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia bagian otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.

b) Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.

c) Bahasa tidak dapat diajarkan kepada mahluk lain.

d) Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan sintaksis yang universal.

Steinberg (1990) seorang ahli psikolinguistik , menjelaskan perihal hubungan bahasa dan pikiran. Menurutnya sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit-demi sedikit apabila ada rangsangan lingkungan sekitarnya sebagai masukan atau input. Input ini berupa apa yang didengar, dilihat dan apa yang disentuh anak yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang mereka alami. Lama-kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila pikiran telah berbentuk dengan sempurna dan apabila masukan bahasa dialami secara serentak dengan benda, peristiwa, dan keadaan maka barulah bahasa mulai dipelajari.

Walaupun masih terdapat perbedaan tentang teori pemerolehan bahasa anak, tetapi kita semua meyakini bahwa bahasa merupakan media yang dapat dipergunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain yang hidup di masyarakat. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Agar anak dapat disebut menguasai bahasa pertama ada beberapa unsur penting yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, yaitu pemahaman tentang waktu, ruang, modalitas, sebab akibat yang merupakan bagian penting dalam perkembangan kognitif penguasaan bahasa ibu seorang anak.

o Strategi Pemerolehan Bahasa Pertama

Anak-anak proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah meniru/imitasi. Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa dengan berpedoman pada: tirulah apa yang dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan anak terus, meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa strategi tiruan atau strategi imitasi ini akan menimbulkan masalah besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi adalah mengatakan sesuatu yang sama seperti yang dikatakan orang lain. Akan tetapi ada banyak pertanyaan yang harus dijawab berkenaan dengan hal ini.

Ada berbagai ragam peniruan atau imitasi, yaitu imitasi spontan atau spontaneous imitation, imitasi pemerolehan atau elicited imitation, imitasi segera atau immediate imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan imitasi dengan perluasan atau imitation with expansion, reduced imitation.

Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh. Produktivitas adalah ciri utama bahasa. Dengan satu kata seorang anak dapat “bercerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna bergantung pada situasi dan intonasi.

Strategi ketiga adalah strategi umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.

Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman, “Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa” (hindarkan kekecualian, prinsip khusus: seperti kata; berajar menjadi belajar).

2. Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu. Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.

Terdapat perbedaan dalam proses belajar bahasa pertama dan bahasa kedua. Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:

v Belajar tidak disengaja

v Berlangsung sejak lahir

v Lingkungan keluarga sangat menentukan

v Motivasi ada karena kebutuhan

v Banyak waktu untuk mencoba bahasa

v Banyak kesempatan untuk berkomunikasi.

Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:

v Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah

v Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah

v Lingkungan sekolah sangat menentukan

v Pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.

v Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua

v Ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.


o Strategi Belajar Bahasa Kedua

Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua perlu diperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:

a. Strategi perencanaan dan belajar positif.

b. Strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang lain.

c. Strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.

d. Strategi formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses belajar ini formal/terstruktruktur sebab pendidikan yang sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.

e. Strategi eksperimental; tidak ada salahnya jika anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan belajar siswa anda.

f. Strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan berbagai cara, misalnya permainan (contoh teka-teki); permainan dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.

g. Strategi praktis; pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan apa yang telah didapatkan dalam belajar bahasa, anda sendiri harus dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.

h. Strategi komnikasi; tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata meskipun tanpa pantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang memancing mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.

i. Strategi monitor; siswa dapat saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajan mereka.

j. Strategi internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.

Selanjutnya Rubin (dalam Stern, 1983) menyebutkan ciri-ciri pelajar yang baik ketika melakukan proses belajar bahasa:

a. Ia mau dan menjadi seorang penerka yang baik (dapat menerka bentuk yang gramatikal dan yang tidak gramatikal)

b. Suka berkomunikasi

c. Kadang-kadang tidak malu terhadap kesalahan dan siap memperbaikinya; belajar setelah berbuat salah

d. Suka mengikuti perkembangan bahasa

e. Praktis, tidak terlalu teoritis

f. Mengikuti ujarannya dan membandingkan dengan ujaran yang baku, ini baik untuk pelafalan

g. Mengikuti perubahan makna sesuai kontes sosial.

III. Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Piaget dan Vygotsy (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

1) Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama(0,0-0,5)

Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa.

Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak berusia 0-5 bulan. Pembagian kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak berlaku percis seperti anak. Berikut adalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-6 bulan berdasaran hasil penelitian beberapa ahli yang dikutip oleh Clark (1977).

a. 0-2 minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka ke arah suara. Mereka sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya, seperti bel, bunyi gemerutuk, dan peluit. Mereka akan berhenti menangis jika mendengar orang berbicara.

b. 1-2 bulan: mereka dapat membedakan suku kata, seperti (bu) dan (pa), mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia.

c. 3-4 bulan: mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan.

d. 6 bulan: mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini mereka mulai meraban (mengoceh) dengan suara melodis.

Pada tahap ini perkembangan yang mencolok adalah perkembangan comprehension (komprehensi) artinya penggunaan bahasa secara pasif (Marat: 1983).

Komprehensi merupakan elemen bahasa yang dikuasai terlebih dahulu oleh anak sebelum anak bisa memproduksi apapun yang bermakna. Menurut Altmann (dalam Dardjowidjojo, 2000) bahwa sejak bayi berumur 7 bulan dalam kandungan, seorang bayi telah memiliki sistem pendengaran yang telah berfungsi. Pada hakikatnya komprehensi adalah proses interaktif yang melibatkan berbagai koalisi antara 5 faktor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, konteks sosial, informasi leksikal dan prosodi.

Walaupun bahasa itu tidak diturunkan manusia tetapi manusia memiliki kemampuan kognitif dan kapasitas linguistik tertentu dan juga kapasitas untuk belajar (Marat: 1983). Dalam hal ini sekali lagi peran orang tua, eluarga, lingkungan, bahkan pengasuh anak sangat diperlukan dalam proses pengembangan bahasa secara optimal.

2) Tahap Meraban Kedua (0,5-1,0)

Tahap ini anak mulai aktif artinya tidak sepasif sewaktu ia berada pada tahap meraban pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif memulai komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka lakukan pada tahap ini.

® 5-6 bulan

Dari segi komprehensi kemampuan bahasa anak semakin baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa makna kata, misal: nama, larangan, perintah dan ajakan. Hal ini menunjukkan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang dewasa. Disamping itu bayi sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti mengangkat benda dan secara spontan memperlihatkannya kepada orang lain (Clark: 1997).

Menurut tarigan (1985) tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Ciri-ciri lain yang menarik selain yang disebutkan tadi adalah: ocehan, seringkali dihasilkan dengan intonasi, kadang-kadang dengan tekanan menurun yang ada hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Pada saat si anak mulai aktif mengoceh orang tua juga harus rajin merespon suara dan gerak isyarat anak. Menurut Tarigan (1985), orangtua harus mengumpan balik auditori untuk memelihara vokalisasi ana, maksudnya adalah agar anak tetap aktif meraban. Sebagai langkah awal latihan ialah mengucapkan kata-kata yang bermakna.

® 7-8 bulan

Pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal baru bagi anaknya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang. Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti menunjuk. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena ibu ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik (Clark, 1997).

Kemampuan anak untuk merespon apa yang dikenalkan secara berulang-ulang pun semakin baik, misal: melambaikan tangan ketika ayahnya pergi, bertepu tangan, dan sebagainya.

Seperti halnya anak-anak, orang tua pun akan merasa puas dan gembira jika segala usaha untuk mengajari anaknya akan mendapat respon. Artinya segala usaha orang tua ketika mengatakan sesuatu, menunjukkan atau memperlihatkan sesuatu pada anaknya; mendapat respon si anak karena anak paham dan perkembangan bahasanya sesuai dengan perkembangan usianya.

® 8 bulan s/d 1 tahun

Pada tahap ini anak sudah dapat berinisiatif memulai komunikasi. Ia selalu menarik perhatian orang dewasa, selain mengoceh ia pun pandai menggunakan bahasa isyarat. Misalnya dengan cara menunjuk atau meraih benda-benda.

Pada tahap ini peran orang tua masih sangat besar dalam pemerolehan bahasa pertama anak.orang tua harus lebih aktif merespon ocehan dan gerakan isyarat anak. Karena kalau orang tua tidak memahami apa yang dimaksud anak, anak akan kecewa dan untuk masa berikutnya anak akan pasif dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Menurut Marat (1983) anak pada periode ini dapat mengucapkan beberapa suku kata yang mungkin merupakan reaksi terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan proses mental (kognitif). Dengan kata lain kepandaian anak semakin meningkat. Semakin pandai si ana, pada akhirnya perkembangan meraban kedua telah tercapai. Anak akan mulai belajar mengucapan kata pada periode berikutnya yang disebut periode/tahap linguistik.

3) Tahap Linguistik

Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, yaitu:

· Tahap I, tahap Holofrastik (Tahap Linguistik pertama, 1,0-2,0)

Pada usia 1-2 tahun masuan kebahasan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal: nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraann, dan sebagainya. Faktor-faktor masukan inilah yang memungkinkan anak memperoleh semantik (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat mengucapkannya.

Tahap ini adalah tahap di mana anak sudah mulai mengucapkan satu kata. Menurut Tarigan (1985). Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase/holofrastik karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu. Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun.

Pada tahap ini gerakan fisik sangat menyentuh, menunjuk, mengangkat benda dikombinasikan dengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat, kata pertama yang digunakan bertujuan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam lingkungannya. Satu kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dan lain-lain. Di samping itu menurut Clark (1977) anak berumur 1 tahun menggunakan bahasa isyarat dengan komunikatif. Fungsi gerak isyarat dan kata manfaatnya bagi ana itu sebanding. Dengan kata lain, kata dan gerak itu itu sama pentingnya bagi anak pada tahap holofrasa ini.

· Tahap II, kalimat Dua Kata (2,0-3,0)

Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangakaian yang cepat (Tarigan, 1980). Keterampilan anak pada akhir tahapa ini makin luar biasa. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata yang digunakan untuk itu semua sama seperti perkembangan awal yaitu: sana, sini, itu, lihat, mau, dan minta.

Selain keterampilan mengucapan dua kata, ternyata pada periode ini si anak terampil melontarkan kombinasi antara informasi lama dan baru. Pada periode ini tampak sekali kreativitasznzk. Keterampilan tersebut muncul pada anak dikarenakan makin bertambahnya pembendaharaan kata yang diperoleh dari lingkungannya dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi biologis pada anak.

· Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa (3,0-4,0)

Pada tahap ini perkembangan ana makin luar biasa. Marat (1983) menyebutkan perkembangan ini dengan kalimat lebih dari dua kata dan periode diferensiasi. Tahap ini pada umumnya dialami oleh anak berusia sekitar 2,5 tahun – 5 tahun. Anak mulai sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan mulai aktif memulai percakapan. Fase sebelumnyasampai tahap perkembangan 2 kata anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya. Sedangkan pada tahap ini pergaulan anak makin luas yang berarti menambah pengetahuandan menambah perbendaharaan kata.

Menurut Marat (1983) ada beberapa keterampilan mencolok yang dikuasai anak pada tahap ini:

a. Pada akhir periode ini secara garis besar ana telah menguasai bahasa ibunya, artinya kaidah-kaidah tata bahasa yang utama dari orang dewasa telah dikuasai.

b. Perbendaharaan kata berkembang, beberapa pengertian abstrak seperti: pengertian waktu, ruang, dan jumlah yang diinginkan mulai muncul.

c. Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh: makan, minum,pergi, masak, mandi), kata ganti (aku, saya) dan kata kerja bantu (tidak, bukan, mau, sudah, dsb).

d. Fungsi bahasa untuk berkomunikasi betul-betul mulai berfungsi; anak sudah dapat mengadakan konversasi (percakapan) dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang dewasa.

e. Persepsi anak dan pengalamannya tentang tentang dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain,dengan cara memberian kritik, bertanya, menyuruh, memberi tahu, dan lain-lain.

f. Tumbuhnya kreativitas anak dalam pembentukan kata-kata baru. Gejala ini merupakan cara anak untuk mempelajari perkataan baru dengan cara bermain-main. Hal ini terjadi karena memang daya fantasi anak pada tahap ini sedang berkembang pesat.

· Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa/Pradewasa (4,0-5,0)

Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana seperti di bawah ini:

- mau nonton sambil makan keripi

- mama beli sayur dan kerupuk

- ayo nyanyi dan nari

Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada kalimat pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Kemunculan kalimat-kalimat rumit di atas menandakan adnya peningkatan kemampuan kebebasan anak.

Menurut Clark (1977) pada tahap ini anak masih mengalami kesulitan bagaimana memetakan ide ke dalam bahasa. Maksudnya adalah si anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-kata yang bermakna. Hal ini karena anak memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti: penguasaan struktur tata bahasa, kosa kata dan imbuhan.

· Tahap Linguistik V : Kompetensi Penuh (5,0-)

Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan.

Menurut Tarigan (1988) salah satu perluasan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus mendapat perhatian khusus di sekolah dasar adalah pengembangan baca tulis (melek huruf). Perkembangan baca tulis anak akan memanjang serta memperluas pengungkapan maksud-maksud pribadi si anak, misal melalui penulisan catatan harian, menulis surat, jadwal harian dsb. Dengan demikian perkembangan baca tulis di sekolah dasar memberikan cara-cara yang mantap menggunakan bahasa dalam komunikasi dengan orang lain dan juga dengan dirinya sendiri.

Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada usia remaja, terjadi perkembangan bahasa yang penting. Periode ini menurut Gielson (1985) merupakan unsur yang sensitif untuk belajar bahasa. Remaja menggunakan gaya bahasa yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri. Akhirnya pada usia dewasa terjadi perbedaan-perebedaan yang sangat besar antara individu yang satu dengan yang lain dalam hal perkembangan bahasanya. Hal ini bergantung pada tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat dan jenis pekerjaan.


BAB II KESIMPULAN

A. RANGKUMAN

Psikologi linguistik adalah ilmu yang mempelajari mengenai penggunaan bahasa dan cara pemerolehan bahasa pada manusia. Terdapat tiga bidang kajian utama psikologi linguistik yaitu psikolinguistik umum, psikolingustik perkembangan dan psikolinguistik terapan. Psikolinguistik merupakan urat nadi pengajaran bahasa. Psikolingusitik dan pengajaran bahasa tidak dapat dipisahkan, karena focus atau tumpuan psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa, disamping pembelajaran bahasa dan pengajaran bahasa. Focus kajian psikolingustik yaitu pemerolehan, pengajaran dan pembelajaran bahasa. Ketiga aspek tersebut berkaitan satu sama lain. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlaku di dalam otak seseorang anak ketika memperoleh bahasanya. Proses pemerolehan terjadi ketika anak sedang memperoleh bahasa terdiri dari dua aspek: pertama aspek performance yang terdiri dari aspek-aspek pemahaman dan pelahiran. Kedua aspek kompetensi (kemampuan linguistik). Kemampuan bahasa anak terdiri dari tiga bagian yaitu: kemampuan fonologi, semanti dan kalimat. Ketiga bagian ini diperoleh anaki secara serettak atau bersamaan.

Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya .Pemerolehan bahasa anak dimulai dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga, ini disebut pemerolehan bahasa pertama yang terjadi dalam kehidupan awal anak. Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi, yaitu imitasi, produktivitas, umpan balik dan prinsip oprasi. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa ibu (bahasa pertama).


DAFTAR PUSTAKA

Hartati Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah. Bandung: UPI Pres

Santosa P dkk. 2005. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:

Pusat Penerbitan UT.

Resmini N dkk. 2006 Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Pres.

PRODUKSI MEDIA (Media Pembelajaran)


BAB I
PENDAHULUAN

Produksi media merupakan cara untuk membuat dan menghasilkan media terutama yang ditekankan disini adalah pembuatan media pendidikan. Dapat digaris bawahi cara disini untuk menciptakan media terutama media elektronik bukan membuat alatnya tetapi membuat apa yang akan ditampilkan di dalam alat tersebut. Media dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti media visual, audio visual, media cetak, elektronik, media 2 dimensi dan media 4 dimensi. Tidak semua cara pembuatan media dapat ditampilkan di dalam makalah ini tetapi hanya media yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran saja yang akan dibahas dalam makalah ini..

Media dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti: media visual (yang dapat di lihat), audio visual (yang dapat di nikmati melalui pendengaran dan penglihatan), media cetak (koran, majalah dan sebagainya), elektronik (HP, kamera, dan sebagainya), media 2 dimensi dan media 4 dimensi. (seperti gambar-gambar, patung dan sebagainya) Pembahasan lebih lanjut akan di jelaskan pada pembahasan II tentang Produksi Media.

BAB II

PRODUKSI MEDIA

A. Pengertian

Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan mengolah (produksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana). Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memproduksi media terutama media yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam makalah ini akan membahas produksi media yaitu media non elektronik dan media elektronik.

B. Produksi Media Gambar Dan OHP

1. Media gambar cetak

Untuk memproduksi media gambar ada beberapa cara dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling modern. Untuk memproduksi media gambar yang paling sederhana misalnya kita ingin membuat gambar tentang rambu-rambu lalulintas, membuatnya cukup dengan karton pinsil dan gunting caranya dengan membentuk gambar rambu-rambu lalulintas lalu digunting. Untuk cara yang semi modern kita dapat mensablon gambar tentu saja kita harus datang ke tempat penyablonan karena butuh alat khusus dan keahlian untuk menyablon. Untuk cara yang paling modern kita dapat mempergunakan kema digital yang memiliki relsolusi Pixel yang tinggi untuk memotret gambar-gambar yang ingin dijadikan media, kita transfer data ke komputer lalu kita edit sesuai dengan keinginan kita selanjutnya dicetak, atau dengan men scaner yaitu dengan memasukan gambar yang ingin dijadikan media ke alat scan lalu kita transfer ke komputer yang selanjutnya di edit dan di cetak. Atau cara yang paling efektif yaitu mengumpulkan gambar-gambar yang dapat dijadikan media pengajaran dari berbagai majalah, koran dan lain-lain lalu dibuat kliping. Sebenarnya untuk media gambar di zaman sekarang ini tidak susah untuk diperoleh sekarang banyak dijual gambar-gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kalau tidak ada yang menjual kita juga dapat mencari ke internet. Cara yang dikemukakan diatas bisa juga untuk memproduksi media seperti gambar grafik, diagram, bagan dan sebagainya.

2. Plastik Transparan

Plastik transparan berwarna bening dan tembus pandang sehingga jika kita menuliskan sesuatu di plastik tersebut maka bila di letakan di OHP tulisan tersebut akan terbaca. Terdapat dua cara untuk membuat plastik tersebut cara pertama ialah dengan menulis menggunakan spidol permanen di atas plastik, cara yang kedua adalah dengan mengkopi dari kertas biasa ke plastik transparan.

C. Produksi Audio

1. Studio Produksi

Program audio direkam di dalam suatu studio produksi atau juga disebut studio rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan kontrol dan studionya, yang keduanya dibatasi dinding berjendela kaca sehingga orang yang ada di dalam kedua ruangan itu dapat saling melihat.

Ruang kontrol dilengkapi dengan alat rekaman, yang biasanya terdiri dari alat rekaman audio, alat pemutar audio, alat pemandu suara, dan tombol pengatur suara. Di samping itu terdapat pula alat untuk penyuting suara.

Ruang studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruang ini diperlengkapi dengan berbagai mikrofon, tempat duduk pemain, alat musik, misalnya piano, perlengkapan untuk mebuat FX, dan pengeras suara.

Kedua ruangan tersebut dihubungkan dengan interkom, yang memudahkan orang diruang kontrol berkomunikasi dengan oramg-orang di dalam studio.


2. Pembagian tugas dalam produksi

a. Sutradara.

Sutradara adalah pimpinan produksi, baik buruknya hasil produksi tanggung jawabnya ada pada sutradara.

Sebelum produksi dimulai seorang sutradara harus mempelajari naskahnya denga teliti, sehingga ia mempunyai interprestasi yang baik terhadap setiap adegan dari naskah itu.

Ia juga harus dapat menghayati benar perwatakan yang dibawakan oleh masing-masing pelaku dalam naskah itu, serta dapat membayangkan musik dan sound effect yang bagaimana diperlukan untuk mendukung terciptanya suasana seperti yang dikehendaki oleh naskah itu.

Setelah naskah dipelajari sutradara bertugas mengatur perbanyakan naskah yang akan diproduksi. Kertas yang digunakan seyogyanya kertas yang agak tebal agar tidak mudah terlipat dan tidak menimbulkan suara dalam waktu produksi nanti.

Sutradara harus memilih pemain yang akan membawakan naskah sesuai perwatakan tiap pelakunya. Sutradara yang telah biasa memimpin produksi biasanya telah mempunyai koleksi pemain, dan sudah mengenal dengan baik kemampuan masing-masing pemain sehingga ia dapat memilih pemain yang paling sesuai untuk diserahi tugas memegang peran tertentu. Bila ia belum mengenal pemainnya ia harus memilih pemain tersebut melalui audit atau seleksi.

Bila ia telah menentukan pemain untuk setiap peran, sutradara harus segera membagikan naskahnya. Karenanya dalam rekaman nanti mereka dapat membacanya. Yang penting mereka harus dapat menghayati perwatakan yang harus dibawakannya, dan dapat membaca naskah sesuai perwatakan itu.

Sutradara harus memesan studio rekaman sesuai dengan prosedur yang berlaku supaya pada saatnya nanti, studio tersebut tidak dipakai oleh orang lain dan dalam keadaan siap untuk digunakan.

Setelah studio rekaman diperoleh dengan pasti, sutradara menyampaikan undangan tertulis kepada semua pemain dan kerabat kerja dengan menyebut secara jelas jam, tanggal dan tempat rekaman itu. Undangan ini jangan diberikan dalam waktu yang sangat mendesak.

Sutradara bertugas memilih musik yang sesuai dengan suasana yang akan diciptakan. Dia perlu datang ke perpustakaan dan mencoba lagu yang dicarinya satu persatu untuk mendapatkan lagu yang benar-benar sesuai dengan naskahnya. Bila telah menemukan lagi itu maka naskah-nya harus ditandai dengan tinta yang jelas: nama lagu, nomor piringan hitamnya, track ke berapa, berapa panjangnya.

Sutradara juga harus mencari sound effect yang sesuai dengan suasana naskahnya. Bila naskahnya ingin menggambarkan seorang Direktur yang pergi dengan mobil, misalnya tentunya ia harus memilih suara mobil sedan yang baik dan bukannya suara truk atau pick-up. Seperti halnya dalam memilih lagu. Setelah FX tadi ditemukan ia harus memberi tanda pada naskahnya: nama FX, nomor piringan hitam, track keberapa, berapa panjangnnya. Jika FX itu tidak diambil dari rekaman melainkan harus diciptakan sendiri ia harus mencoba bunyi yang akan diciptakannya itu, misalnya ketukan-ketukan pintu, langkah kaki, dering telepon. Ia harus mengadakan peralatan yang diperlukan untuk menciptakan suara-suara itu, menentukan tempat studio itu dimana bunyi-bunyi itu akan diciptakan, berapa jarak microfon dari sumber bunyi itu dan sebagainya.

Sutradara harus dapat bekerja sama dengan teknisi dengan baik. Teknisi adalah orang yang membantunya dalam rekaman. Betapa bagusnya pun gagasan sutradara tentang tentang program yang akan diproduksi, bila teknisi atau oprator yang akan merekam tidak paham tentu hasilnya kurang baik. Karena itu ia harus membicarakan naskahnya dengan teknisi atau oprator yang akan membantunya itu. Ia juga harus membicarakan tentang keluar masuknya FX, efek apa yang ingin diperoleh dari musik dan FX itu, berapa lama musik dan FX itu diperlukan dan sebagainya. Selanjutnya ia harus membicarakan tentang bagaimana FX yang digunakan. Ia juga harus memberitahukan kepada teknisi ada berapa mikrofon yang bagaimana yang diperlukan.

b. Kerabat kerja

Dalam produksi audio kerabat kerja yang diperlukan hanya dua orang oprator. Seorang oprator melayani pengaturan tombol rekaman serta bertugas mengatur jalannya pita rekaman pada alat perekam. Ia juga yang bertanggung jawab membuat saluran yang menghubungkan mikrofon dengan mesin perekam.

Seorang operator lainnya bertugas menyiapkan musik dan sound effect yang akan digunakan dalam rekaman. Ia harus memasang piringan hitam pada meja putar dan memasang jarum tepat pada track musik atau FX yang diperlukan. Teknisi bertugas sesuai dengan petunjuk sutradara.

c. Pemain

Yang dimaksud dengan pemain ialah orang-orang yang ditunjuk untuk membacakan naskah. Biasanya seorang pemain hanya memegang satu peran saja dalam suatu naskah tertentu.

Seorang pemain yang telah menyanggupi untuk ikut rekaman berkewajiban mempelajari naskahnya. Ia harus menghayati benar pesan yang akan dibawakannya. Ia harus melatih diri membaca naskahnya supaya dalam rekaman nanti tidak terdengar kesan bahwa naskah itu dibaca, melainkan terdengar seperti orang yang bercakap atau bercerita. Dalam latihan membaca ini bila perlu ia dapat memberi tanda-tanda baca pada naskahnya.

Pemain harus mengikuti petunjuk sutradara dalam membawakan perannya. Seorang pemain tidak boleh kecil hati kalau membacanya dianggap kurang betul oleh sutradara, dan harus membetulkannya sesuai dengan petunjuk sutradara.

Pada waktu yang telah ditentukan pemain harus datang tepat pada waktunya. Jam menggunakan studio adalah terbatas, karena itu pemain harus berusaha agar tidak menyebabkan terbuangnya waktu penggunaan studio dengan sia-sia.

3. Pelaksana Produksi

Pada waktu rekaman yang telah ditentukan seorang sutradara harus datang lebih awal dari para pemain lainnya. Segera setelah sampai di studio ia bertugas mengecek apakah studio telah siap untuk dipakai. Ia harus bertemu dengan oprator untuk mengecek apakah mereka telah menyiapkan segala perlengkapan yang diperlukan.

Sutradara seyogyanya menyambut dengan ramah setiap pemain yang hadir. Jangan sampai ada pemain yang merasa tidak memperoleh perhatian dari sutradara. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja pemain.

Setelah pemain lengkap sutradara segera memimpin latihan. Latihan dapat dimulai dengan latihan kering, yaitu latihan yang dilakukan di luar ruang studio dan dikerjakan tanpa musik dan FX. Yang diutamakan dalam hal ini ialah pemahaman isis naskah, penghayatan peran masing-masing pemain, cara membaca naskah.

Setelah pemain untuk memebaca bagian masing-masing sesuai dengan urutan naskah. Sutradara akan memebtulkan cara membaca yang belum betul. Dalam hal ini sutradara harus dapat memeberi contoh, misalnya bagaimana cara menangis, cara tertawa, dan sebagainya.

Setelah latihan selesai pemain dipersilahkan masuk ke studio. Sutradara dan kerabat kerja di ruang kontrol. Sutradara memberi petunjuk dimana pemain harus duduk atau berdiri, dan mikropon yang mana yang digunakan oleh masing-masing pemain.

Sutradara memberi petunjuk tentang tanda-tanda yang digunakan dalam memimpin produksi. Pada umumnya petunjuk dilakukan dengan menggunakan tanga; pemain melihat tanda-tanda itu melalui jendela kaca tembus pandang yang membatasi ruang studio dengan ruang kontrol. Tanda yang biasa digunakan misalnya: bila sutradara menunjuk seorang pemain artinya pemain itu harus memulai membaca teks naskahnya; meletakkan tangan dileher seolah-olah menggorok leher berarati rekaman terhenti karena ada kesalahan dan harus diulang; mendekatkan kedua tangannya naik pemain harus lebih dekat dengan mikropon; menggerakan tangannya naik turun berarti membacanya harus diperlambat; dan sebagainya.

Langkah-langkah berikutnya ialah mengadakan tes suara. Setiap pemain diminta membaca di depan mikropon secara bergantian. Tinggi rendahnya suara diatur supaya tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras. Dalam mengukur level suara ini sutradara dan oprator mengecek suara itu melalui jarum dialat rekaman. Setelah level suara ditentukan, pemain bersangkutan harus mengingat jarak mulutnya ke mikropon dan volume suara yang digunakan waktu tes suara tadi. Dalam rekaman nanti level suaranya harus diusahakan supaya sama dengan levelnya waktu tes suara.

Sekarang semua telah siap untuk melakukan latihan basah. Pemain diminta membaca peran masing-masing sesuai naskah, didepan mikropon. Dalam latihan ini musik dan FX sudahdigunakan benar-benar. Dalam latihan ini sutradara bertindak sangat kritis, setiap terdapat kesalahan atau kejanggalan sutradara menghentikan latihan dan memberi petunjuk untuk perbaikan. Adegan itu kemudian diulang kembali. Latihan seperti ini biasannya lebih lama dari rekaman sesungguhnya.

Setelah latihan berjalan baik rekaman segera dilaksanakan. Bila dalam rekaman ini masih juga terjadi kesalahan, sutradara melakukan perbaikan dengan cara:

1. bagian yang salahdihapus dan adegan yang salah tadi diulang kembali. Bila hal ini yang dilakukan, jalannya rekaman biasanya agak lama, namun pada saat rekaman selesai telah diperoleh program hasil final.

2. adegan yang salah diulang kembali tanpa mengahapus kesalahan tadi. Bila hal ini yang dilakukan rekaman dapat berjalan agak cepat. Setelah selesai rekaman, sutradara dan oprator masih harus mengedit kembali hasil rekaman itu untuk membuang bagian-bagian yang tidak terpakai.

Setelah rekaman selesai sutradara berkewajiban mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemain dan oprator.


D. PRODUKSI FILM BINGKAI

1. Jenisnya

Dalam memproduksi program film bingkai ada dua jenis kegiatan produksi yang dapat dilakukan secara berurutan, yaitu:

1. produksi visualnya. Pada bagian visual yang meliputi gambar-gambar grafis dan caption serta gambar-gambar yang dapat diambil dari benda sesungguhnya atau modelnya diproduksi semuanya.

2. produksi audionya, yaitu narasi dan musik serta sound effect. Cara memproduksinya sama dengan memproduksi program audio yang telah diuraikan di bagian terdahulu. Bahkan biasanya lebih sederhana. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah bahwa narasi dan musik serta FX-nya harus sesuai dengan visualisasinya.

2. Alat yang dipergunakan

Untuk memproduksi bagian visualnya diperlukan berbagai alat, misalnya:

1). Kamera, ada berbagai jenis kamera yang dapat digunakan. Yang penting anda mempunyai keyakinan akan dua hal yaitu pertama, anda harus yakin bahwa juru kamera anda dapat mengoprasikan kamera itu dengan baik; yang kedua, kamera itu harus dapat menghasilkan gambar yang diinginkan. Bila anda tidak dapat mencari juru kamera dan anda sendiri kurang paham bagaimana memotret dengan kamera yang rumit dapat digunakan kamera istamatic. Kamera yang rumit memang lebih luwes dan dan mempunyai kemampuan yang lebih besar, tetapi memerlukan keahlian yang cukup untuk menggunakannya. Namun kamera apa pun yang anda gunakan bila anda atau juru kamera anda mau cukup hati-hati dalam membuat komposisi gambar dan dalam memotretnya anda tentu akan memperoleh gambar yang baik.

2). Film yang digunakan, Untuk membuat film bingkai digunakan film khusus untuk film bingkai, misalnya kodachrome. Film untuk film bingkai ada yang berwarna ada yang hitam putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara yang telah maju memang film hitam putih dan berwarnalah memberikan perbedaaan efektivitas belajar yang berbeda pada diri siswa. Namun biasanya film berwarna lebih menarik untuk dilihat.Waktu membeli film perlu diperhatikan di mana pengambilan gambar akan dilakukan. Film yang digunakan dengan sinar matahari, lampu flash biasa dan lampu pijar biasa, berbeda dengan film yang digunakan dengan mengambil sinar lampu neon.

Hal lain yang perlu diingat waktu membeli film ialah ASA dari film itu. bila anda akan mengambil gabar-gambar di pantai atau di udara terbuka yang sinarnya terang ambil saja ASA yang sinarnya sedang misalnya 64. tetapi bila anda akan mengambil gambar di tempat tertutup dengan sinar lampu yang kurang terang, dan anda tidak ingin menggunakan flash gunakan ASAnya tinggi, misalnya 1000.

3). Tiang penyangga untuk mengkopi (Copy stand), Bila anda akan memotret gambar grafis atau caption, biasanya gambar tersebut diletakkan di atas meja dan gambar diambil dari atas. Mengambil gambar seperti ini tanpa tiang penyangga sangat sukar karena kita akan cendrung bergerak, sehingga gambarnya tidak akan tajam.

Untuk keperluan itu disediakan tiang penyangga khusus yang disebut copy Stand. Di samping tiang penyangga itu anda memerlukan juga dua buah lampu untuk memberi sinar objek yang akan difoto. Lampu tersebut juga diletakkan pada tiang penyangga dan dipasang di sebelah kanan dan kiri gambar atau grafis yang akan difoto.

4). Alat Perekam AudioUntuk merekam narasi dan bunyi-bunyi yang lain kalau memungkinkan seyogyanya rekaman dilakukan di studio rekaman seperti yang digunakan untuk merekam program audio.

Bila tidak dapat menggunakan fasilitas seperti itu, anda dapat merekamnya dengan menggunakan mesin perekam biasa (tape recorder). Tentu saja mutu rekaman seperti itu tidak akan sebaik kalau rekaman dilakukan dilakukan distudio. Bila anda merekam dengan alat seperti itu sebaiknya rekaman dilakukan di kamar tertutup pada malam hari pada saat suasana sunyi, sehingga tidak banyak suara-suara tidak diperlukan ikut terekam.

3. Kerabat Kerja

Seperti halnya dalam produksi audio dalam produksi film bingkaipun diperlukan seorang sutradara yang akan memimpin produksi dan yang bertanggung jawab atas baik buruknya hasil produksinya.

Sutradara tersebut perlu dibantu oleh kerabat kerja yang terdiri dari:

Seorang juru kamera yang terampil dalam menggunakan kamera 35 mm. Tugas juru kamera ini mengambil gambar sesuai petunjuk sutradara.

Seorang atau lebih seorang grafik artis ditugasi untuk membuat caption dan menggambar benda, peristiwa, bagan, dan sebagainya yang akan dipotret. Grafik artis ini harus telah menyelesaikan gambar-gambarnya sebelum saat produksi tiba.

Seorang atau dua orang oprator yang bertugas membantu sutradara dalam merekam narasi dan musik.

Pemain yang akan memperagakan prilaku-prilaku tertentu yang akan diambil gambarnya sebagai model.

4. Pelaksanaan Produksi

Bila anda membuat program film bingkai tentunya anda perlu membuat judul program film bingkai dibuat dengan membuat caption yang bertuliskan judul film tersebut. Caption tersebut biasanya dituliskan pada sebuah karton yang berukuran panjang: lebar = 4 : 3 cm.

Bila nama-nama penulis naskah, sutradara, dan kerabat kerja yang lain akan di cantumkan di dalam program, nama-nama tersebut juga harus dituliskan pada karton dengan ukuran seperti tersebut diatas.

Seringkali benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang perlu disajikan melalui film-bingkai yang kita buat, sukar dijumpai. Dalam hal seperti itu benda atau peristiwa itu harus digambar. Gambar-gambar itulah yang nantinya kita potret.

Hampir semua jenis kamera dapat digunakan untuk memotret caption dan gambar-gambar grafis. Namun lensa kamera yang anda pakai itu harus ditambah dengan lensa close up. Anda dapat juga menggunakan lensa makro. Bila anda menggunakan lensa close up, lensa close up tersebut dipasang di ujung lensa kamera anda. Seringkali tidak cukup dengan hanya menambah satu atau dua lensa close up. Bila ojek yang dipotret kecil, anda perlu menggunakan lebih dari satu lensa close up. Bila anda ingin menggunakan lensa makro, lensa pada kamera anda harus di lepas digantikan dengan lensa makro itu.

Gambar grafis yang akan anda potret dapat diletakkan di atas meja. Di kiri dan kanan gambar tadi perlu anda pasang dua dua buah lampu yang memiliki reflektor. Lampu dipasang begitu rupa sehingga arah lampu itu membentuk sudut 45 derajat dengan tiang penyangga kameranya. Sinar dari kiri dan kanan itu harus sama. Tiang penyangga kamera ditempatkan ditengah gambar begitu rupa sehingga kamerannya tepat berada diatas gambar tersebut.

Sebelum mengambil gambar anda perlu ingat bahwa diagfrahma kamera anda perlu diatur. Untuk mengambil gambar dengan menggunakan lensa close up seyogyanya anda menggunakan pembuka lensa (lensa opening) berukuran f/8, atau lebih kecil lagi. Untuk menyesuaikan kecepatan dengan pembuka lensa tersebut, gunakan karton berwarna abu-abu. Tumpangkan karton itu di atas gambar yang akan dipotret. Sinar pantulan dari karton itulah yang anda ukur. Setelah karton abu-abu itu anda ambil mungkin sekali light meter pada kamera anda akan berubah; hal tersebut tidak perlu anda hiraukan. Ukuran sinar dari karton abu-abu tadi tidak akan sesuai untuk gambar-gambar yang akan dipotret.

Pemotretan benda-benda atau peristiwa secara live, yaitu diambil dari benda atau peristiwa sesungguhnya, dilakukan dengan cara seperti yang biasa ditempuh dalam memotret.

Perlu diingat bahwa dalam memotret film bingkai, diagfragma harus kita perbesar setengah stop. Misalnya jika pada saat diukur dengan light meter diagfragma menunjukan angka 11, maka supaya hasil pemotratan terang diagfragma perlu dibuka setengah stop lagi yaitu antara 8 dengan 11.

Untuk mengambil benda, orang atau peristiwa yang penting yang pengambilannya sukar diulangi, misalnya tempatnya jauh, objeknya orang besar dan sulit untuk ditemui, dan sebagainyadisarankan pengambilannya dengan menggunakan rasio yang cukup. Artinya obyek tersebut diambil beberapa kali dengan mengubah-ubah diagfragmanya, dan nanti hasil yang terbaik itulah yang dipakai.

Kalau dalam pengambilan gambar ini sutradara dibantu oleh juru kamera yang baik, sutradara cukup memberitahukan saja kepada juru kamera gambar yang bagaimana yang ia kehendaki, bagaimana komposisinya, lingkup pengambilannya apakah LS, MS, atau CU, sudut pengambilannya apakah low, high atau eye level. Yang melaksanakan pengambilan gambar adalah juru kameranya.

Bila pengambilan gambar telah selesai film tersebut perlu segera dibawa ke laboratorium film untuk dikembangkan (develope, process). Bila kita dapat mengembangkan sendiri tentu juga boleh dikembangkan sendiri. Tetapi perlu diingat kalau jumlah film hanya sedikit biaya mengambangkannya sendiri akan jauh lebih mahal daripada kalau kita bawa ke lab film. Persoalannya, obat pengembang film itu akan rusak jika tidak segera dihabiskan. Padahal kita tidak dapat membeli obat dalam jumlah yang kecil.

5. Editing Film Bingkai

Setelah film dikembangkan film tersebut perlu kita edit. Pada bagian atas pernah kita mengulas bahwa dalam mengambil gambar kita menggunakan rasio yang cukup. Dengan demikian untuk setiap objek yang kita ambil, kita akan mempunyai beberapa gambar. Di dalam editing ini gambar-gambar itu kita perbandingkan dan kita ambil yang paling baik dan yang paling susuai untuk program kita.

Editing ini dilakukan dengan menggunakan meja editing. Meja editing itu adalah sebuah meja bagian atasnya dibuat dari plastik buram yang rupanya seperti lampu neon. Dibawah meja dipasang lampu yang cukup terang. Sehingga kalau lampu dinyalakan bagian atas meja itu akan menjadi terang.

Di atas meja itu juga diletakkan sebuah papan plastik yang dipasang miring kira-kira membuat sudut 120 derajat dengan bagian atas meja. Papan plastik ini juga dibuat dengan bahan yang sama seperti bagian atas meja tadi. Dibagian belakang papan plastik ini juga dipasang lampu yang cukup terang. Pada permukaan papan plastik miring ini diletakkan sekat-sekat memanjang, tempat meletakkan film supaya tidak jatuh.

Film yang telah selesai dikembangkan dipotong-potong dan diletakkan diatas meja tadi. Bila lampu dinyalakan kita akan dapat melihat gambar pada film tadi dengan jelas. Kalau gambar yang sama tadi kita jajar-jajar di atas meja, kita dapat membandingkannya dengan mudah dan dapat memilih gambar yang paling baik.

6. Memberi Bingkai Film

Film bingkai supaya mudah diproyeksikan ke layar harus diberi bingkai. Bingkai ini ada yang dibuat dari plastik dan ada yang dibuat dari plastik ada yang dibuat dari karton. Bingkai ini berukuran 5 x 5 cm. Bagian dalam berjendela dengan ukuran 21/12 x 31/2 cm.

Film yang telah dipotong-potong tadi dipasang tepat pada jendela bingkai itu. Kemudian diatas film tadi dipasang bingkai satu lagi, sehingga tepi film tadi terjepin dua bingkai, sedangkan bagian yang bergambar terpasang rapi di jendela.

Agar bingkai tadi tidak lepas harus dikunci. Pada bingkai karton yang digunakan sebagai pengunci ialah lem. Pada bingkai plastik sudah ada lubang-lubang penguncinya. Bila lubang-lubang itu ditekan dengan kuat, bingkai itu akan melekat erat satu sama lainnya, sehingga film yang telah dipasang tidak dapat bergeser-geser lagi.

Film-film yang telah diberi bingkai diletakkan di papan yang miring pada meja editing itu. Film-film itu kita letakkan dengan urutan sesuai dengan naskah yang telah disusun setelah urut bingkai tadi diberi nomor.

Cara menuliskan nomor adalah sebagi berikut:

Kita pegang film bingkai tadi sehingga bagian yang mengkilat menghadap pada kita. Gambar kita putar sehingga kepala bingkai itu ada dibawah. Sekarang tuliskan nomor itu disudut kanan atas dari bingkai film itu. Penomoran ini perlu kita lakukan secara demikian karena kita akan menyajikan film dengan menggunakan proyektor film tersebut harus dipasang dengan posisi terbaik.

7. Merekam Narasi

Narasi, musik dan sound effect pada program film bingkai harus sesuai dengan visualnya. Karena itu dalam merekam bagian audio dari program film bingkai kita harus sesuaikan denganurutan visualnya. Disamping itu perlu juga diingat bahwa dalam penyajiannya nanti film bingkai diproyeksikan ke layar satu persatu secara berurutan. Pergantian dari bingkai yang satu ke bingkai yang lain itu memakan waktu beberapa detik. Perlu diusahakan supaya narasi berhenti pada saat pergantian film terjadi.

Sebaiknya setiap kali gambar muncul di layar, penonton diberi waktu beberapa detik. Perlu diusahakan supaya narasi berhenti sejenak pada saat pergantian terjadi.

Sebaiknya setiap kali gambar muncul di layar, penonton diberi waktu beberapa detik untuk membaca makna visualisasi itu, setelah itu informasi yang sekiranya sukar diperoleh dari gambaran visual itu saja diperjelas dengan narasi.

Untuk memudahkan dalam penyajian nanti, setiap kali raian yang berkaitan dengan gambar tertentu selesai disampaikan perlu diberikan bunyi bel sebagai tanda bahwa film bingkanya perlu diganti dengan ururtan berikutnya.

Tanda bel yang diberikan di sini cukup pendek saja, misalnya berbunyi tut tet atau ting. Setiap kali mendengar tanda bel ini orang yang menyajikan film bingkai ini harus menekan tombol tertentu untuk mengganti film bingkainya.

Dengan menggunakan alat perekam khusus pergantian gambar film bingkai ini dapat diatur secara otomatik. Dalam hal seperti ini tanda bel tersebut di atas tidak diperlukan lagi. Tetapi perlu diingat bahwa dalam penyajiannya nanti harus juga digunakan alat pemutar yang khusus juga.

BAB III

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Produksi media merupakan cara untuk membuat dan menghasilkan media terutama media pendidikan. Produksi media adalah segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan menghasilkan (memproduksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana). Yang digunakan sebagai penuntun dalam produksi adalah naskah. Naskah adalah rancangan produksi.

Dengan naskah sebagai pemandunya kemudian kita harus mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar, dan suara, memasukkan musik dan FX, serta menyunting gambar suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik, dan mudah diterima oleh sasaran. Semua kegiatan itulah yang disebut kegiatan produksi.

Dalam kegiatan produksi ada tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personal itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, namun semuanya menuju satu tujuan yaitu dihasilkannya program media yang mempunyai mutu tekhnis yang baik.

B. IMPLIKASI

Dengan mempelajari ilmu tentang produksi media, banyak sekali pengetahuan yang dapat kita peroleh. Dari situlah kita dapat lebih mengetahui tentang macam-macam media yang ada. Terkadang kita tahu tetapi kita tidak dapat mengetahui atau menyebutkan nama media itu, terkadang juga kita bertanya-tanya tentang bentuk medianya seperti apa dari pengetahuan yang kita baca. Mempelajari tentang produksi media dapat membuat pikiran kita lebih sedikit maju agar tidak ketinggalan zaman. Karena media Elektronik khususnya setiap tahun bahkan setiap bulannya selalu berganti-ganti. Begitu juga media cetak seperti koran, setiap hari beritanya berbeda-beda. Kita sebagai intelektual tidak boleh ketinggalan informasi tentang itu jika tidak ingin di katakan ketinggalan zaman.

C. SARAN

Dalam kegiatan produksi ada tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personal itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, namun semuanya menuju satu tujuan yaitu dihasilkannya program media yang mempunyai mutu tekhnis yang baik. Untuk dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang baik, maka harus ada kerjasama yang baik pula diantara tim kerja. Sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan maksimal dan memuaskan. S Kita sebagai intelektual tidak boleh ketinggalan informasi tentang media yang selalu mempunyai pembaharuan jika tidak ingin di katakan ketinggalan zaman. Selain membaca, kita juga harus tau bentuk-bentuk media itu seperti apa, tentang kegunaannya dan kemanfaatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sadiman. S Arif dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Pustekkom Dikbud dan PT Raja Grafindo

Persada dalam rangka ECD Project (USAID). Jakarta: 2002.

Wibawa Basuki, Farida Mukti. Media Pengajaran.Departemen Pndidikan Dan

Kebudayaan, Dirjen Dikti. Jakarta: 1991.

BLOG PRIBADI ISMET

Alamat: Kota Metro, Lampung
HP/WA: 082186657038
Saling Berbagi Ilmu, melayani Sharing dan bertukar informasi mengenai Karya Ilmiah khusus SD & PAUD, Perangkat Pembelajaran SD (KTSP & Kurikulum 2013) RPP Promes, Prota SILABUS
Silahkan Hubungi No: Di atas
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates